UNWANTED MARRIAGE [EP 5 – When I Met Her ]


unwanted-marriage

Heena Park Present

.

UNWANTED MARRIAGE”

.

Park Chan-Yeol, Choi Ha-Neul & Kim Myung-Soo of INFINITE

Others.

.

Romance-Drama-Multichapter-PG15

.

Author Notes : Sebelum membaca FF ini, disarankan untuk membaca Forbidden Love terlebih dahulu karena saling berhubungan.

.

Follow me on WATTPAD

Add me on FACEBOOK

Follow me on INSTAGRAM

.

Poster by Alkindi @Poster Channel

.

.

Mesin waktu..

Semua orang bilang kalau mesin waktu hanyalah fiktif belaka. Tapi tidak bagi Ha-Neul. Posisinya yang tengah duduk berhadapan dengan seorang pria persis seperti beberapa tahun silam sudah berhasil mengubah mindset-nya tentang mesin waktu.

Bukanlah saat kau bisa kembali ke masa lalu, melainkan bisa melakukan sesuatu yang sama seperti di masa lalu untuk kedua kalinya, itulah gunanya mesin waktu untuk Ha-Neul.

Kim Myung-Soo—mantan kekasihnya yang memutuskan untuk selingkuh dan menikah dengan gadis lain—kini kembali mendatanginya. Wajah tampannya masih sama, senyum menggoda dan memabukkan, kemeja putih bersama jas hitam kesayangan yang dibelikan Ha-Neul, juga rambut setengah acak-acakan yang selalu memberikan kesan seksi. Yah…Myung-Soo memang hampir sempurna, tatapan mautnya bisa meluluhkan hati banyak wanita.

 

myungsoo

“Bagaimana kabarmu?”

Pertanyaan bagus sekaligus pasaran untuk mengawali pembicaraan. Tapi Ha-Neul lega, ia tidak perlu susah-susah mencari pembicaraan karena Myung-Soo telah memulainya.

“Jauh lebih baik,” dustanya. “Bagaimana denganmu?” Ha-Neul berhenti sebentar, membayangkan ekspresi apa yang akan diberikan Myung-Soo kalau ia menyinggung hal itu. “Undangan pernikahanmu…aku sudah mendapatkannya.”

Ekpektasinya meleset. Myung-Soo tidak menunjukan wajah sumringah seperti yang seharusnya diperlihatkan oleh calon pengantin, melainkan raut murung serta penuh penyesalan.

“Pernikahan kami batal.”

Inikah yang dinamakan karma?

Myung-Soo menyesap cepat kopi panas di depannya. Kedua matanya menutup sebentar, mencari sisi luas di hati yang mungkin bisa memberinya ketabahan.

“Dia pergi dengan pria lain dan berkata kalau aku hanya lelaki brengsek. Dia tidak mencintaiku, dia hanya mencintai semua barang yang telah kuberikan padanya.”

Demi apapun, apakah Myung-Soo tidak memiliki kaca? Bukankah sikap mereka sama? Hanya memuja uang tanpa peduli perasaan orang lain.

Semua orang pasti bisa membaca ekspresi menyindir Ha-Neul, begitupula Myung-Soo. Untungnya ia telah menyiapkan sesuatu untuk mengantisipasi hal ini sebelumnya. Myung-Soo menunduk, mengambil amplop dari dalam tasnya dan memberikan itu pada Ha-Neul. “Maafkan sikapku padamu di masa lalu. Amplop ini berisi uang untuk membayar semua barang yang telah kauberikan padaku.”

Jujur, Ha-Neul merasa harga dirinya dicoreng karena Myung-Soo berniat memberikan uang hasil ganti rugi atas apa yang dilakukannya dulu. Ia tidak butuh uang, semua yang diberikan Ha-Neul pada Myung-Soo tidak berdasar pada materi, namun lebih ke arah cinta. Sedangkan pria itu? Oh, apa otaknya memang tidak pernah lepas dari yang namanya uang? Tidak bisakah ia hanya meminta maaf dan berterima kasih atas pemberian Ha-Neul?

Mematungnya Ha-Neul merupakan pukulan tersendiri bagi Myung-Soo. Ia menarik kembali amplop yang disodorkan pada Ha-Neul dan mulai berucap, “Aku tidak berniat melukai harga dirimu, sungguh. Aku hanya ingin mencoba memperbaiki segalanya, aku hanya ingin kembali ke awal.” Ia meraih tangan kanan Ha-Neul dan menggenggamnya erat. “Jadi kumohon, terimalah uang ini, Choi Ha-Neul..” pintanya penuh harapan.

Kesempatan emas! Ha-Neul mungkin bisa menggunakan saat ini untuk balas dendam. Dalam sekali sahutan, Ha-Neul segera menggenggam amplop dari Myung-Soo dan menyimpannya ke dalam tas. Ia mendongakkan wajah, memberikan satu senyuman manis penuh arti. “Baiklah, aku terima.”

Kesediaan Ha-Neul untuk menerima amplop pemberiannya merupakan lampu hijau menurut Myung-Soo. Jujur, waktu sang kekasih memutuskannya beberapa waktu lalu, nama Ha-Neul lah yang terlintas  pertama kali dalam otak Myung-Soo. Ia sendiri mencoba menerka arti dari firasat tersebut, sampai tiba-tiba hatinya seolah berkata bahwa kembali pada Ha-Neul adalah pilihan terbaiknya.

Selama beberapa detik mereka hanya saling berpandangan, walau tidak dalam konteks yang sebenarnya. Myung-Soo tengah menyesap kopi, sementara Ha-Neul nampak sibuk dengan ponselnya, tentu saja mereka diam-diam saling mencuri pandang. Hingga pada detik berikutnya Ha-Neul bangkit, ia menenteng tas lengannya dengan ekspresi kebingungan.

“Maafkan aku, sepertinya aku harus segera pergi.” Ia mendecak, “Aku ada janji dengan seseorang.”

Belum sempat Myung-Soo menjawab, Ha-Neul sudah lebih dulu bergegas pergi tanpa menengok sedikitpun. Yah, hal ini membuat hati Myung-Soo cukup terluka. Dalam benaknya muncul sebuah pertanyaan, mungkinkah Ha-Neul yang dulu begitu mencintainya, kini sudah melupakan segalanya?

 

••

 

Dewi Fortuna agaknya mulai malas berpihak pada Ha-Neul. Pasalnya, setelah ia repot-repot kembali ke kantor dan berharap Chan-Yeol akan menjemputnya, berakhir dengan isapan jempol belaka. Ya, si keras kepala Chan-Yeol lebih mementingkan kembali ke kampusnya dan menyuruh Ha-Neul untuk fitting baju pengantin seorang diri, dia bilang akan menjemput saat Ha-Neul selesai nanti.

Lalu apa gunanya mereka fitting baju pengantin kalau salah satu mempelai tidak hadir?

Untungnya Ha-Neul masih memiliki sisa kesabaran, ia mengiyakan keinginan Chan-Yeol dan meminta sang kakak untuk mengantar ke butik. Lebih baik begitu daripada mereka harus bertengkar dan sekali lagi pernikahan keduanya akan terancam.

Setibanya di butik, seorang pegawai langsung mengantar Ha-Neul ke ruangan tempat gaunnya berada. Matanya membulat sempurna ketika mendapati gaun pengantin cantik yang begitu mewah dan sempurna.

Dengan bantuan pegawai tersebut, Ha-Neul mengenakan gaun pengantinnya, pikirannya melayang, andai Chan-Yeol juga ada di sini, pasti pria itu akan mencoba tuxedonya juga.

 

wedding

 

Ia berkaca, mimpi indahnya akan pernikahan yang sempurna akan segera terwujud. Walau Chan-Yeol tidak mencintainya, walau Chan-Yeol masih terpikat pada gadis lain, Ha-Neul akan terus berusaha untuk merebut hati calon suaminya. Ia tidak peduli soal harga diri saat ini, yang penting Ha-Neul bisa memiliki Chan-Yeol.

“Pasangan Nona pasti akan sangat terpesona,” ujar pegawai yang membantu Ha-Neul mengenakan gaun. Ia terlihat puas melihat sosok cantik di hadapannya ini. “Bahkan tanpa riasan tebal, Nona sudah terlihat sangat cantik.”

Yah, Ha-Neul tahu itu. Semua orang tahu jika Ha-Neul memang gadis yang begitu menawan, bahkan tanpa riasan sedikitpun.

“Terima kasih,” tuturnya lembut sambil terus memasang senyuman termanisnya.

Detik selanjutnya Ha-Neul menunjuk ke tas lengan di sofa, “Bisakah anda mengambil ponsel saya di sana? Saya sangat ingin difoto menggunakan gaun ini,” pintanya.

Tentu saja pegawai itu menyanggupi, ia mengambil ponsel dari dalam tas lengan Ha-Neul, kemudian memotret beberapa kali gadis cantik itu. Setelahnya, tak lupa Ha-Neul mengucapkan terima kasih, ia segera gaun dan segera menghubungi Chan-Yeol agar datang kemari.

Sambil menunggu Chan-Yeol, Ha-Neul duduk santai di ruang tunggu. Awalnya ia hanya seorang diri, sampai akhirnya seorang gadis cantik datang dan duduk di sampingnya. Yah, sepertinya menyapa gadis itu bukan pilihan yang buruk, toh Ha-Neul bisa mendapat teman mengobrol, kan?

“Mencoba gaun?” tanya Ha-Neul terlebih dulu.

Gadis itu menengok, ia mengangguk sekali. “Kau juga?”

Kelihatannya ia orang yang ramah, kalau begitu Ha-Neul akan terus mengajaknya mengobrol.

“Hmm, aku akan menikah minggu depan. Kau?”

“Dua hari lagi.”

Ha-Neul membulatkan mulutnya, entah kenapa ia ikut senang mendengar gadis itu akan menikah dua hari lagi. Mungkin perasaannya sebagai calon pengantin juga ikut andil dalam hal ini, maksudku, mereka sama-sama akan menikah, jadi bukan hal aneh untuk ikut merasa senang.

“Benarkah?” Akhirnya Ha-Neul meraih tangan gadis itu, lalu memberikan selamat sambil meremasnya lembut, “Selamat atas pernikahanmu,” ujarnya ceria.

“Kau mau datang ke pernikahanku?”

Datang ke pernikahan? Tentu saja Ha-Neul mau!

“Tentu saja!” jawabnya penuh semangat.

Gadis itu mengukir kembali senyuman hangatnya, kemudian merogoh tas dan memberikan selembar undangan pada Ha-Neul. “Kebetulan sekali ada beberapa undangan yang tidak diberi nama, jadi aku membawanya, bersiap-siap kalau bertemu dengan temanku di jalan. Ambilah, jangan lupa bawa undangannya ke tempat resepsi, ya.”

Ia menerima uluran undangan dari gadis itu, desainnya sungguh indah, klasik nan mewah. Dilihatnya toresan nama yang tertulis di sana, Kim Jong-In dan Shin Hee-Ra. Tunggu dulu, Ha-Neul yakin pernah mendengar nama Kim Jong-In sebelumnya, bahkan terdengar familiar di telinganya, sepertinya nama tersebut dimiliki oleh orang yang cukup berperan di Korea. Tapi sayangnya Ha-Neul tak ingat kapan mendengar nama itu.

“Shin Hee Ra, nama yang bagus,” gumam Ha-Neul. Ingin sekali ia bertanya soal Kim Jong-In, tapi kedengarannya terlalu berlebihan untuk obrolan berat di awal pertemuan.

“Terima kasih, dan kau?”

Astaga, apa gadis ini tinggal di balik batu? Ha-Neul cukup dikenal, sungguh. Bahkan followers Instagramnya semakin memuncak akhir-akhir ini. Setidaknya tujuh puluh persen orang di Seoul mengenalnya, tapi baiklah, mungkin saja gadis ini tergolong ke dalam tiga puluh persen lainnya.

Ha-Neul hendak membuka mulut untuk menyebutkan namanya, tapi baru saja mengucap kata ‘Namaku’ gadis itu sudah dipanggil terlebih dahulu oleh pegawai di butik ini. Otomatis Ha-Neul kembali mengunci mulutnya dan membiarkan gadis itu pergi.

“Berkenalanlah denganku saat pernikahan nanti. Jangan sampai lupa!” ujar gadis tadi agak berteriak sambil menghampiri pegawai butik.

Ha-Neul mengangguk, memaklumi kesibukan calon pengantin yang ditemuinya itu. Sampai akhirnya pikirannya kembali dikacaukan, kali ini oleh suara deringan ponselnya, Ha-Neul mengerutkan kening, menilik nama Chan-Yeol tertera di sana dan segera mengangkatnya.

Chan-Yeol bilang ia sudah sampai di butik, otomatis Ha-Neul segera bangkit, ia tak sabar memperlihatkan fotonya menggunakan gaun pengantin tadi—siapa tahu Chan-Yeol akan terpesona dan jatuh cinta padanya.

Langkah kakinya begitu ringan sampai-sampai Ha-Neul berasa terbang. Sosok pria tampan berkaca mata hitam sudah menanti di samping mobil, berhasil membuat Ha-Neul menorehkan senyum manis pertanda kebahagiaan. Ia tahu ini egois, ia tahu Chan-Yeol tidak menyukai perjodohan bodoh mereka, tapi tidak salah kan kalau Ha-Neul bahagia?

Dia benar-benar merasa seperti seorang wanita yang dijemput oleh kekasihnya, seperti yang sering dilakukan teman-temannya. Sesuatu yang selalu diidam-idamkan Ha-Neul sejak lama.

“Sudah lama?” Ha-Neul menepuk pundak Chan-Yeol yang awalnya menyandar pada badan mobil.

Ah? Tidak, aku baru saja sampai.” Chan-Yeol memiringkan kepalanya, mencoba melihat apa yang sedang dibawa oleh Ha-Neul. “Itu?”

“Apa?” Ha-Neul memperhatikan dirinya sendiri sampai ia tersadar bahwa tangan kanannya membawa sebuah undangan pernikahan. “Oh, aku mendapatkan undangan dari seorang gadis yang duduk di sampingku tadi. Awalnya aku mengajaknya bicara lalu dia berkata akan menikah dua hari lagi dan ia memberiku ini,” jelasnya sambil mengangkat undangan tersebut tepat di depan mata Chan-Yeol.

“Boleh kulihat?”

Ha Neul mengangguk. “Tentu saja, Park.”

Setelah mendapat persetujuan dari Ha-Neul, Chan-Yeol langsung meraih undangan tersebut. Awalnya ia sudah memberi nilai plus karena undangan itu sangat indah dan terkesan mewah, namun semua berubah ketika matanya mendapati nama seseorang yang sangat ia kenal tertulis di sana.

“Shin Hee-Ra?” Chan-Yeol membulatkan matanya. Ia menatap Ha-Neul penuh tanya. Apakah yang dimaksud Shin Hee Ra di sini adalah kekasihnya? Bukankah beberapa hari lalu So-Ra sempat bilang bahwa Hee-Ra akan menikah sesegera mungkin?

Tidak!

Hee Ra tidak mungkin melakukan itu pada Chan-Yeol, lagipula mereka baru putus beberapa waktu lalu. Tapi sekarang, di tangannya terdapat sebuah undangan yang jelas-jelas menuliskan nama gadis itu.

“Iya, aku baru saja bertemu dengannya. Namanya Shin Hee-Ra,” terang Ha Neul sekali lagi.

Chan-Yeol menggeleng, ia memegang kedua bahu Ha-Neul, lebih terkesan menghentak. “Apakah dia masih di sini? Di mana kau bertemu dengannya?” Chan-Yeol menggoyang-goyangkan tubuh Ha-Neul agak kasar. Otaknya benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang.

“Park Chan-Yeol hentikan!” Ha-Neul berteriak meminta agar Chan-Yeol berhenti menggoyang-goyangkan tubuhnya. “Dia masih ada di dalam. Apa kau mengenalnya?”

Begitu mendapat jawaban bahwa Hee-Ra masih ada di dalam, Chan-Yeol segera berlari tanpa mempedulikan pertanyaan Ha-Neul tentang apa ia mengenal gadis bernama Shin Hee-Ra itu, karena sekarang yang terpenting adalah ia ingin bertemu Hee-Ra dan meminta maaf. Ia sangat mencintai Hee-Ra. Ia tidak ingin gadis itu jatuh ke dalam pelukkan pria lain.

Tapi Chan-Yeol tidak merasakan kehadiran Hee-Ra sama sekali, bahkan setelah dua kali mengelilingi butik. Apakah ini berarti orang bernama Shin Hee-Ra yang ada dalam undangan Ha-Neul bukanlah Hee-Ra nya? Atau sebenarnya Hee-Ra sudah pulang saat Ha-Neul tidak mengetahuinya?

Chan-Yeol benar-benar bingung sekarang. Kepalanya terasa panas. Ia butuh Shin Hee-Ra. Ia sangat merindukan Shin Hee-Ra. Demi Tuhan! Chan-Yeol akan memeluk gadis itu tanpa mempedulikan keadaan jika ia bertemu dengannya saat ini juga.

Matanya panas, harapan untuk kembali melihat Hee-Ra hancur begitu saja. Hatinya hancur, tentu saja. Chan-Yeol kebingungan, ia sungguh tak mengerti dengan pilihannya saat ini. Ia tahu semua orang akan menganggapnya sebagai lelaki yang plin-plan, tidak punya pendirian, atau bahkan yang lebih parah lagi pengecut.

Chan-Yeol tahu!

Tapi mau bagaimana lagi? Ia sendiri tak bisa menerjemahkan isi hatinya. Ia ingin melakukan A, tapi hatinya seolah berpijak ke B. Ia merasa dipermainkan, ia membenci hidupnya sendiri.

“Park, ada apa denganmu?”

Vokal Ha-Neul menembus telinganya. Gadis yang masih terengah-engah karena mengikuti Chan-Yeol berlari itupun berlahan mendekat. Ia menggenggam tangan kiri Chan-Yeol penuh perasaan. “Ada apa denganmu? Apa kau mengenal gadis itu?”

Chan-Yeol masih memasang wajah kebingungan, matanya menelusur ke kanan-kiri, berharap menemukan sosok Hee-Ra. Tapi semakin diacuhkan, semakin Ha-Neul tak sabar. Ia menekan kedua lengan Chan-Yeol, membuat pria itu menatap kedua matanya. “Katakan padaku, apa kau mengenal Shin Hee-Ra?!”

Chan-Yeol refleks mendorong Ha-Neul agar menjauh, ia meremas rambutnya kesal. Suaranya meninggi, lebih terkesan membentak daripada memberitahu. “Ya! Aku mengenalnya!” Berhenti sebentar, kedua matanya terpejam, setiap deru napasnya terasa berat untuk mengatakan ini, sungguh. “Dia adalah kekasihku, gadis yang sangat kucintai.”

 

TO BE CONTINUED

33 pemikiran pada “UNWANTED MARRIAGE [EP 5 – When I Met Her ]

  1. Ping balik: UNWANTED MARRIAGE [EP 5 – When I Met Her] by Heena Park | EXO FanFiction Indonesia

  2. serius aku nunggu ff ini udh lama, akhirnya diupdate juga ^^

    Mungkin konflik sebenarnya blm muncul, tapi ini keren kak, penulisannya juga rapih
    Myungsoo kena karma itu ㅋㅋㅋ
    Pokonya aku dukung Haneul sama CY

  3. Akhirnya kakak publish juga ni FF sumpah udah lama banget aku nunggu nya. Kena karma kan myungsoo cewek secantik haneul ditinggali. Kapan chanyeol bisa move on dari heera dan suka sama haneul. Aku kasihan sama haneul karna dia tokoh yang paling banyak tersakiti disini, semangat terus haneul untuk dapatin hatinya chanyeol kamu pasti bisa. Next nya jangan lama-lama kak.

  4. chanyeol ktrlaluan bgt!! terang2an bilang itu kekasihnya TT
    knp aku belain haneul? efek pemeran utama :3
    ngga papalah jadi jahad kyk haneul

  5. Wahhhh iya mereka ktmu ya..ampir lupa hehehe…chanyeol bnr2 plinplan..kasian ma haneul y..dua udh happy bgt fitting baju pengantun ehh malah gitu chanyeol y..

  6. Aku nunggu dari jaman aku masih uas dan sekarang libur semester Akhirnyaaaaaa update jg:)
    Dibagian akhir td pasti haneul sakit banget apalg sama sikap ceye yg heboh.. aku pun kalo diposisi haneul pasti udah nangis kejer..

    Semoga cepet update ya:

  7. setelah baca sampai part 5, akhirnya tergerak untuk koment. Chanyeol plin plan. Kasian Haneul sama Hee ra, mereka berdua jadi tersakiti karena sikap Chanyeol yang gak tegas.

  8. Saking lamanya aku sampe mikir dulu ini cerita yang mana -____- btw sampe kapan chanyeol engga mau move on -___- ditunggu chapter selanjutnya kaaa 💪💪💪💪💪

  9. Kata terakhir chanyeol pasti pake banget nyakitin ha neul tuhh.. aduh si Park ada2 aja kl ngomong gak mikirin hati seorang calon istri yg tak dianggap huft
    Keep writing di tunggu bngt tuh next chapnya

  10. Chanyeol kterlaluan banget deh,,, haneul bisa tuh manfaat’in myungsoo buat blas dendam ke chanyeol,,, eh tapi jangan deh nanti mlah chanyeol dpt ksempatan buat ninggalin haneul aahhh pusing deh,, gk sabar pengen baca next chap,, dtunggu ya

  11. Ya ampun kak, ya ampun
    Speechless ini mah.. baru baca chap 1 – 5 udh kerasa bngt, mngkin bakalan lebih kompleks lg nanti, di tunggu ya min semoga ga lama lama updatenya.. seru.

  12. Annyeong chingu. Kita sama-sama kelas dua belas sih. Salut deh, fanficnya seru banget. Keren banget, aku kira selama ini si Ha Neul itu jahat bgt, tapi ternyata gak seburuk itu. Tapi disini kesannya si Hee Ra gak sayang beneran ama si Chanyeol, untung aja udah baca Forbidden Love. Chingu, maaf ya baru bisa comment di chap ini. Maksudnya 1,2, 3 kayaknya udh deh. Tapu aku suka bgt sama fanfic ini. Love you deh, keep writing.

Tinggalkan Balasan ke Heena Park Batalkan balasan