Forbidden Love Part XXI


forbidden love

“Apa yang akan terjadi jika seorang wanita yang sedang patah hati memutuskan untuk menikahi pria dengan kelainan homoseksual?”

.

FORBIDDEN LOVE

.

A FanFiction

by

Heena Park

.

Genre: Romance–Sad–Marriage Life//Ratting: PG-15//Lenght: Multichapter

.

Starring: Shin Hee Ra-Kim Jong In–Park Chan Yeol–Choi Ha Neul–Do Kyung Soo

.

♣Follow my WATTPAD

♣Find me on FACEBOOK

.

.

FORBIDDEN LOVE

Alat indranya berfungsi walaupun tidak seratus persen. Terkadang ia bisa mendengar suara dan merasakan sentuhan ketika masih terlelap. Membuat hatinya bergejolak dan memaksa tubuhnya untuk segera pulih.

Matanya berhasil terbuka, samar-samar sosok Jong In terlihat dan ekspresinya kelihatan begitu khawatir. Namun ada yang aneh, Chan Yeol berdiri di samping Jong In, membuat Hee Ra bertanya-tanya kenapa pria itu ada di sana.

Walaupun tenggorokannya hampir kering dan serak, Hee Ra tetap berusaha mengeluarkan suara, “Chan Yeol?”

Begitu mendengar Hee Ra memanggil namanya, Chan Yeol berubah sumringah dan langsung menggenggam tangan kiri Hee Ra tanpa permisi. Cukup membuat gadis itu risih, terlebih lagi Jong In juga ada di antara mereka

Apa Chan Yeol lupa kalau mereka sama-sama sudah menikah?

“Ya, ini aku.” Chan Yeol menunduk tepat di depan wajah Hee Ra dan mengusap keningnnya, “Jangan terlalu banyak bergerak, kau masih lemah. Aku akan segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu,” gumamnya kemudian memencet tombol di atas ranjang Hee Ra.

Hee Ra tak mengerti apa yang telah terjadi selama ia tak sadarkan diri. Apa Jong In benar-benar serius pada ucapannya untuk segera menceraikan Hee Ra? Makannya Chan Yeol bisa sedekat itu dengannya.

“Apa yang terjadi?” Kali ini Hee Ra memusatkan pandangannya pada Jong In, sehingga cukup membuat pria itu terkejut. “Jong In?”

Jong In membulatkan mulutnya. Telinganya tidak salah dengar-kan? Hee Ra barusan memanggil namanya-kan?

“Kau..kau mengingatku?” Jong In menunjuk dirinya sendiri, seolah masih tak percaya pada apa yang terjadi.

Namun belum sempat Hee Ra menjawab, seorang dokter bersama dua suster telah datang dan meminta ke-empat orang tersebut keluar ruangan karena Hee Ra harus segera diperiksa.

Mereka semua menunggu di luar, tak terkecuali Kyung Soo dan So Ra. Seolah melupakan kedua orang tersebut, Jong In menghampiri Chan Yeol yang terdiam kaku.

“Kau lihatkan? Dia tidak melupakanku.” Jong In tersenyum licik, “Kau terlalu percaya diri bahwa dia akan melupakanku dan lebih memilihmu, tapi kenyataannya, seorang suami tidak mungkin dilupakan oleh istrinya sendiri.”

Chan Yeol mendecak pelan, ia menatap muak ekspresi menang Jong In, “Baiklah, kuakui kali ini kau memang benar. Aku hanya tidak bisa berjanji akan menolak ketika suatu hari nanti dia akan berubah dan kembali padaku.” Chan Yeol menepuk pundak Jong In beberapa kali kemudian pergi.

Setelah Chan Yeol menghilang dari pandangan, tidak lama kemudian keluarlah dokter Ahn bersama kedua susternya. Kalau dilihat dari wajahnya, sepertinya akan ada kabar baik.

“Syukurlah keadaan Nyonya Shin semakin membaik,” ia menepuk pundak kanan Jong In. “Setelah ini saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, terutama pada kepalanya. Namun sejauh ini keadaannya jauh lebih stabil daripada sebelumnya.”

Jong In mengangguk senang, ia menjabat tangan sang dokter sebelum akhirnya pamit untuk memeriksa pasien lain. Penantiannya seolah terbayar lunas, ketakutannya akan terlupakan oleh Hee Ra menghilang begitu saja.

Ketika ia hendak masuk ke kamar Hee Ra, seseorang mencengkeram erat lengan kanannya. Ah, rupanya Kyung Soo.

“Kau mau ke mana?”

Mendengar pertanyaan retorik dari mulut Kyung Soo, Jong In segera melepaskan lengannya dari genggaman pria itu.

“Menemani istriku, apalagi?”

Kyung Soo berusaha menahan emosinya. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah secepat itu?

Suaranya bergetar, “Jadi..kau serius soal tadi?”

“Apa aku kedengaran sedang bercanda?” Jong In mengerutkan keningnya. “Dari awal hubungan kita memang salah, manusia diciptakan berpasangan antara wanita dan pria. Aku yakin kau tahu itu.”

“Omong kosong!” kali ini suaranya membesar, pipinya memerah penuh amarah, “Cinta itu buta, Kim Jong In! Cinta tidak mengenal jenis kelamin! Memang apa yang salah dengan dua orang pria saling mencintai?”

Jong In tersenyum samar, “Jika cinta tidak mengenal jenis kelamin, lalu kenapa Adam diciptakan untuk Hawa?” ia berhenti sebentar dan menatap Kyung Soo lembut, “Mungkin aku terdengar seperti pembohong jika berkata bahwa tak tertarik lagi pada dunia sesama jenis kita, tapi inilah faktanya. Rupanya hatiku lebih memilih gadis yang sedang terbaring di sana daripada apa yang telah kumiliki selama ini. Maafkan aku Do Kyung Soo, jika kau menginginkan untuk terus hidup seperti ini, maka aku bukanlah orang yang pantas bagimu, karena aku sangat mencintai Hee Ra.”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Jong In bergegas masuk ke kamar rawat Hee Ra, membiarkan Kyung Soo memikirkan apa yang barusan keluar dari mulutnya. Sementara So Ra hanya terdiam, otaknya berusaha mencerna perkataan Jong In dan elakan Kyung Soo di depan kedua matanya tadi. Ia tidak cepat-cepat mengikuti Jong In masuk ke kamar Hee Ra karena hatinya berkata bahwa kedua orang itu membutuhkan waktu untuk berdua.

Entah kenapa ia merasa bahwa Jong In benar-benar tulus, ia tidak seratus persen yakin karena telah mengetahui bahwa Jong In seorang gay, tapi jujur, So Ra benar-benar merasa kalau Jong In jatuh cinta pada Hee Ra, persis seperti apa yang dikatakan pria itu.

Menyenangkan ketika mendapati Hee Ra menatapnya seperti sekarang, gadis itu tidak melepaskan pandangannya sedikitpun sejak Jong In muncul dari ambang pintu.

“Apa kau akan terus-terusan menatapku seperti itu?” Jong In menarik kursi agar bisa duduk lebih dekat dengan Hee Ra.

Oksigen yang dikenakan Hee Ra telah diganti sehingga gadis itu bisa mengeluarkan suaranya dengan lebih baik, “Kenapa kau ada di sini?” tanyanya lemah.

Jong In meraih tangan kiri Hee Ra dan menggenggamnya erat, “Menunggu istriku, memang apalagi?”

Hee Ra menggeleng sebisanya, “Kau tidak perlu melakukan semua ini.” Ia mendorong tangan Jong In untuk menjauh. “Apa aku harus menandatangani surat cerai kita sekarang? Tadi aku sempat melihat Kyung-”

Ssstt,” belum sempat Hee Ra menyelesaikan kalimatnya, Jong In sudah lebih dulu memotong dengan menempatkan jari telunjuknya di atas bibir dingin Hee Ra. “Apa kau benar-benar ingin membicarakan soal surat cerai kita?”

Hee Ra terdiam, ia juga tak mengerti kenapa otaknya langsung berpusat pada surat cerai yang selama ini terus berputar di pikirannya.

Tidak mendapat jawaban dari Hee Ra, Jong In membuka laci meja kecil di samping ranjang Hee Ra dan mengeluarkan dua lembar kertas dari sana. Tapi kertas tersebut tidak berisi perihal gugatan cerai, melainkan perjanjian pernikahan mereka.

Tanpa meminta izin dari Hee Ra, Jong In langsung menyobek kedua kertas itu dalam sekali gerakan, membuat Hee Ra membulatkan mulutnya dan dipenuhi puluhan pertanyaan.

“Apa yang kau lakukan?” protes Hee Ra.

Bukannya menjelaskan, Jong In malah kembali meraih telapak tangan kiri Hee Ra dan menggenggamnya penuh harap, “Shin Hee Ra, dengarkan aku. Kau harus benar-benar mendengarkannya karena mungkin aku tidak akan mengucapkan untuk yang kedua kali.”

Apa Jong In salah minum selama di Amerika?

Hee Ra mengerutkan keningnya penuh tanda tanya. Ia tak menolak ketika tangannya berada dalam genggaman Jong In. Yah, ia hanya merasa bahwa tangannya sangat pas berada di sana.

“Terserah kau mau menganggapku gila atau apapun itu, dan aku tahu bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat untuk mengatakan ini. Tapi kumohon, kau hanya perlu mendengarkan dan tidak harus menjawabnya.”

Mengatakan apa?

Menjawab apa?

Kenapa Hee Ra merasa linglung? Apa ia melupakan sesuatu yang penting?

Jong In semakin mempererat genggamannya, “Aku memang seorang gay, dan kau mungkin akan merasa jijik padaku setelah mendengarnya. Tapi aku benar-benar serius, aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini muncul, tapi hatiku selalu mengatakan bahwa kaulah orangnya dan bukan Kyung Soo…kau yang kuinginkan selama ini.”

Sungguh, Jong In akan mengutuk dirinya sendiri karena memilih untuk mengungkapkan perasaannya di saat seperti ini. Ia akan memukuli dirinya sendiri kalau Hee Ra mengeluarkan ekspresi jijik.

“Tidak apa-apa kalau setelah pengakuan ini kau memilih untuk menjauh dariku, tapi aku hanya ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu, aku menginginkanmu untuk benar-benar menjadi istriku, menjadi ibu dari anak-anakku, dan menjadi teman sampai akhir hayatku.” Air matanya mendesak untuk keluar, tapi Jong In berusaha menahannya, ia tidak ingin kelihatan lemah di depan Hee Ra.

“Aku mencintaimu Shin Hee Ra, aku sangat mencintaimu sebagai istriku.”

Hening sesaat, Hee Ra membutuhkan waktu untuk mencerna setiap kata yang keluar dari mulut Jong In sebelum ia benar-benar menyadari bahwa pria itu sedang mengungkapkan cinta padanya.

Dunianya seolah terbalik, tubuhnya serasa melayang begitu saja. Ia tidak bisa mempercayai kalau ternyata Jong In juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

“Kau tidak perlu menganggap perasaanku sebagai beban, aku tidak akan menuntut balas da-”

“Aku juga mencintaimu.”

“Eh?” Jong In meminta pengulangan kata dari Hee Ra, ia hanya ingin memastikan apa telinganya salah dengar atau tidak.

Hee Ra tersenyum tipis, ia mengusap tangan Jong In yang sedang menggenggam telapak tangan kirinya, “Kubilang, aku juga mencintaimu, suamiku.”

“Kau…serius?” Jong In bertanya lagi, tapi kali ini ia tidak menunggu jawaban dari Hee Ra karena terlalu takut kalau gadis itu tiba-tiba berubah pikiran. Ia langsung bangkit dari kursi dan menunduk di depan wajah Hee Ra, mendekatkan bibirnya pada bibir gadis itu sembari menutup kedua matanya.

Ia tidak butuh izin atau apapun dari Hee Ra, yang ia andalkan hanya keberanian sampai akhirnya kedua bibir tersebut bertemu dan menempel satu sama lain, beberapa kecupan kecil sempat diberikan Jong In sebelum akhirnya kembali menjauhkan kepalanya.

Senyumnya mengembang begitu saja, ia meremas telapak tangan Hee Ra beberapa kali dan mendaratkan kecupan manis nan lama di kening gadis itu.

“Aku mencintaimu Shin Hee Ra, aku berjanji akan selalu menjagamu, aku berjanji.”

 

Chan Yeol mengendarai mobilnya lebih cepat, ia baru saja mendapat pesan bahwa keadaan ayahnya semakin memburuk. Akhir-akhir ini Chan Yeol memang jarang mengunjungi sang ayah yang di rawat dalam mansion keluarga oleh dokter dan perawat khusus yang sengaja di datangkan untuk mengobati dan mengawasi ayahnya.

Sudah ada dua mobil yang ter-parkir di sana, itu berarti Ha Neul, ibu, dan adiknya sudah lebih dulu datang.

“Kau darimana saja?” Ha Neul sudah menunggu di depan pintu mansion, matanya merah.

“Maafkan aku, bagaimana keadaan daddy?”

“Dokter masih berusaha, yang lainnya sudah berada di dalam,” Ha Neul kembali menimpali. Suaranya bergetar, ia benar-benar ketakutan, dan Chan Yeol tahu itu.

Entah atas dasar apa, Chan Yeol akhirnya memutuskan untuk meraih tangan Ha Neul dan menggenggamnya, menatap mata gadis itu sebentar dan mengajaknya masuk ke mansion.

Ia baru sadar kalau Ha Neul perduli, ia tidak pernah melihat Ha Neul setakut ini sebelumnya.

Apakah ini berarti Ha Neul benar-benar mencintai Chan Yeol dan juga keluarganya dengan tulus?

Apakah Ha Neul adalah orang yang seperti itu?

Chan Yeol bisa melihat dengan jelas kalau ibu dan adiknya sedang menangis, sementara dokter sedang mengatakan sesuatu dan kemudian mengusap lembut punggung ibunya beberapa kali.

Mungkinkah?

Chan Yeol segera melepaskan tangan Ha Neul dan berlari ke arah ibunya, kemudian tanpa permisi langsung menenggelamkan wanita setengah baya itu dalam pelukkannya. Untuk sebentar saja, biarkan Chan Yeol menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.

Sungguh, ia tak pernah bermaksud bersikap kurang ajar pada ibunya, karena bagaimanapun Chan Yeol sangat menyayangi kedua orang tuanya.

“Kita terlambat….daddy-mu sudah pergi, bahkan sebelum mom sempat mengucapkan betapa mom sangat mencintainya,” ibunya terisak, tangisnya tak terbendung lagi.

Apa semua ini adalah balasan Tuhan akan apa yang telah Chan Yeol lakukan? Apa ini adalah hukuman baginya?

Chan Yeol ikut terisak, ia merasa sangat bersalah pada ibunya, “Maafkan aku mom, maafkan aku..”

Chan Yeol tidak menyangka kalau hidupnya akan menjadi semenyedihkan ini. Tidak, ia tidak mau terus-terusan seperti ini, ia harus meluruskan segalanya, ia harus bangkit dan menerima kenyataan.

Ia tidak ingin semakin membuat ibunya sedih.

Ia harus mulai membuka hatinya untuk Ha Neul.

Sedari tadi Hee Ra hanya mengamati Jong In yang mondar-mandir dalam ruangannya, ia sibuk menelpon dengan anak buahnya yang berada di Amerika.

“Jadi nenek akan dirawat di sini? Aku akan ke sana untuk menjemputnya,” Jong In melirik Hee Ra sebentar. “Katakan padanya kalau keadaan Hee Ra sudah semakin membaik,” lanjutnya.

“Tidak mau dijemput?” Jong In mendecakkan lidah sambil berkacak pinggang, “Ah baiklah, jaga nenekku baik-baik, mengerti?”

Jong In memutus panggilannya, ia duduk di kursi yang berada di samping ranjang Hee Ra, “Kau mengantuk?”

Hee Ra menggeleng pelan. “Apa orang tuaku tahu?”

Mengangguk beberapa kali dan mengiyakan, “Mereka bahkan sempat tidak mau pulang, akhirnya aku memaksa ayah dan ibumu, kubilang mereka bisa kembali tiga atau empat hari lagi kalau kau memang belum sembuh. Mereka bermalam di rumah kita.”

Rumah kita..

Hee Ra tersipu malu, Jong In benar-benar membuatnya tak karuan, ia seperti remaja yang baru saja jatuh cinta.

Jong In mendengus, “Lihat dirimu, kau jadi seperti ini karena menolong orang yang tidak memiliki simpati sedikitpun padamu.”

Hee Ra tertawa, “Kalau aku tidak seperti ini, mana mungkin kau mau mengungkapkan perasaanmu,” ia berhenti sebentar, mengingat-ingat kejadian menyakitkan yang telah dilaluinya, “sebenarnya aku juga tidak bermaksud seperti itu. Kalau saja aku tidak menginjak tali sepatuku sendiri, aku pasti selamat.”

“Tali sepatu?” Jong In membuang napasnya berat. “Kau memang sangat pintar mencari alasan,” timpalnya.

Hee Ra menunjukkan barisan gigi rapinya selama beberapa saat sebelum akhirnya menyerah, “Aku ingin tidur.”

Jong In buru-buru membantu Hee Ra untuk berbaring di ranjang, setelah itu ia mengecup dan mengucapkan selamat malam pada istrinya.

“Kau tidur di mana?” tanya Hee Ra ketika Jong In akan berjalan ke sofa.

Jong In menghentikan langkahnya dan berbalik, “Sofa, memang mau di mana lagi? Aku tidak akan meninggalkanmu.”

Hee Ra menggeleng, ia menggeser tubuhnya dan menyisakan tempat untuk Jong In di sampingnya, “Naiklah.”

“Tidak-tidak, aku tidak mau mengganggu pasien, kau sedang sakit sayang.”

Sayang…

Sekali lagi Hee Ra merasa pipinya memanas dan berubah merah.

“Kau tidak menggangguku sama sekali.”

“Baiklah,” Jong In menyerah, ia akhirnya menuruti perkataan Hee Ra dan berbaring di sampingnya. Ia memeluk erat Hee Ra sambil mengusap rambutnya, “Begini?”

Hee Ra mengangguk dan mulai memejamkan matanya, membiarkan Jong In memeluk erat tubuh mungilnya.

“Mimpi indah, sayang.” Jong In kembali menyium kening Hee Ra, tapi kali ini berbeda, ia tidak menjauhkan bibirnya melainkan terus seperti itu sampai matanya ikut terlelap.

Baru saja matanya sanggup terlelap, Jong In kembali terbangun karena ponselnya berbunyi. Ia mendesah kesal dan meraih ponselnya malas.

Matanya menyipit begitu menyadari bahwa Kyung Soo-lah yang mengirim pesan untuknya.

Apalagi sekarang?

From : 도경수

“Ada hadiah untukmu, kau pasti akan menyukainya. Jangan sampai bangun kesiangan dan melewatkan hadiahku, sayang.”

 

TO BE CONTINUED

 

.

Note : Bagi yang ingin membaca FF ini tanpa ribet minta password, bisa langsung ke wattpad aku ya, Heena Park.

129 pemikiran pada “Forbidden Love Part XXI

  1. Baru aja seneng eh si kyungsoo mau ganggu lagi,, mau apa lagi tuh anak,,??? Chanyeol coba buka hatimu untuk haneul jangan ganggu heera lagi

  2. Baru aja seneng eh si kyungsoo mau ganggu lg,,, chanyeol buka hatimu untuk haneul donx kasihan dia ,,, jangan ganggu heera lagi,, dia udah bahagia sama jongin,,,dtunggu lanjutannya

  3. episode paling sweet>¤< GILAKKK JONG IN NYAAAAA MANIS BANGETTT, UCULLLL. AGHHHHH MY GOD. gilakkk, kece abissss. Semangat nulisnya kakkk

  4. SHTTTTTTTTTT. BARU AJA AKU GIRANG GITU YA CHANYEOL MULAI BUKA HATI BUAT HANEUL, TERUS JONGIN HEERA SATU RANJANG GITU TERUSSSS INI APAPULAAAA💔💔💔💔 aku pasrahin aja deh bakalan kaya gimana jadinya huhuh. Semangat terussss

  5. Uwaaaaaaaa kirain bakalan lupaaa 😆 uh, seneng deh jadinya 😆😆 gini doooong dari dulu /eh kalo dari awal gini kan jadi gak seru/ oke deh yang penting sekarang mereka sama-sama tahu kalo saling cinta 💞 Hah jadi terhuraaa 😭 bikin ngiriii 😭

  6. Aseeem bgt.. I’ve been tricked!! Ternyata Heera ga amnesia, tapi syukurlah. Ahhh seneng bangeet akhirnya KaiHee back to normal as a normal husband n wife!! Senyum2 sendiri pas mereka tidur berdua huhu😗 Gila jadi baperrr, Chanyeol pupuskanlah harapanmu buat balikan ama Heera HAHA #evil😎 tapi sedih juga pas baca scene ayahnye passed away u.u ayolah Chanyeol, mulailah mencintai Haneul as a wife.. parah part xxi, sedih bgt br sempet baca.. makin daebaak chinguu.. ditunggu bgt next chapnyaaa.. FIGHTING!!👍💪😁

  7. sweettttt bangetttt
    gomawo eon..
    next ea..
    cepetan.. udh berjamur nih nunggunya..
    itu kyungsoo ngapean lgi..
    mao nyakitin nenek jonginkah?

  8. Barusan baca part XIX-XXI commentnya jadi satu aja ya Thor.. hehehe
    Wuih akhirnya Jongin nyatain perasaanya ke Hee Ra. Hikmah dari kecelakaan yang menimpa Hee Ra itu mah.. kekeke
    Penasaran sama hadiah dari Kyungsoo. Apa dia bener” ngungkapin hubungan masa lalu Jongin dengannya yang gay ke public kah??
    Semoga aja enggak..
    Semoga Kyungsoo dapat hidayah dan kembali jadi normal. wkwkwk

  9. aku kirain heera kemarin lupa ingatan , ternyata heera masih ingat kai
    akhirnya jong in ngungkapin perasaan nya ke heera
    baru aja heera sm jong in bahagia , itu kyungsoo udah bikin ulah lagi
    penasaran sm hadiah yg d kirim kyungsoo buat jong in

  10. akhirnya jongin nyatain perasaannya ke heera >< yeyy
    tapii itu kyungsoo ngapain lagi coba … ganggu" terus aja ..
    kira" apa maksud pesannya ya ? ._.

  11. Akhirnya mereka udah saling mengungkapkan isi hati seneng deh Jong In sembuh dari Gay nya, hadiah apa tuh dari Kyunh So buat Jong In?? Pasti berita tentang mereka gay huhuhuhu
    Cuss ah ke part selanjutnya ^^

  12. Akhirnya… jongin menyatakan perasaannya begitu juga dengan heera. Makin seru dan betapa manisnya mereka berdua. Kukira heera akan lupa ingatan dan kembali dengan chanyeol dan jongin menyerah akan perasaanya terhadap heera. Enyahlah dirimu kyungsoo, nenyebalkan sekali dirimu dan untuk chanyeol pergilah dari kehidupan mereka berdua dan bukalah hatimu untuk haneul.
    Ohya.. author, sebelumnya aku sudah baca di wattpad, tapi disitu banyak part yg gk ada dan disinilah diriku membaca ulang. Hehe..
    Next y author, ditunggu karya barunya

Tinggalkan Balasan ke Heena Park Batalkan balasan