Forbidden Love Part X


forbidden love

FORBIDDEN LOVE

A FanFiction

by

Heena Park

Genre: Romance–Sad–Marriage Life//Ratting: PG-15//Lenght: Multichapter//Starring: Shin Hee Ra-Kim Jong In–Park Chan Yeol–Choi Ha Neul–Do Kyung Soo

Summary :

“Apa yang akan terjadi jika seorang wanita yang sedang patah hati memutuskan untuk menikahi pria dengan kelainan homoseksual?”

Follow my WATTPAD

https://soundcloud.com/arumnarundana/the-time-i-loved-you-the-time-we-were-not-in-love-ost

FORBIDDEN LOVE PART X

“Kenapa kau kemari?” Jong In menatap Kyung Soo yang berdiri tak jauh darinya.

“Memang tidak boleh? Aku hanya ingin melihat apakah kekasihku baik-baik saja.”

Jong In membuang napas berat, ia mengangkat punggungnya agar bisa berdiri tegap. “Kembalilah ke Korea, bagaimana jika anak buah nenekku melihatmu?”

“Anak buah? Haruskah?”

Jong In menaikkan kedua pundaknya bersamaan. “Kau tahu bukan seperti apa nenekku? Ia pasti menyuruh beberapa anak buahnya untuk mengawasi bulan maduku dengan Hee Ra.”

Kyung Soo menggertakkan gigi. Apa yang dikatakan Jong In memang ada benarnya, lagipula tidak mungkin neneknya melepaskan Jong In begitu saja setelah mendapat tiket bulan madu, karena keduanya mungkin saja tidak benar-benar datang ke Maldives.

“Pulanglah, aku akan membayarnya untukmu, tapi istirahatlah dulu sebentar.”

Sebenarnya Jong In juga tidak tahu kenapa mengucapkan alasan pada Kyung Soo. Entah kenapa kehadiran Kyung Soo membuatnya sedikit terganggu. Ia baru saja bersenang-senang tadi, ia tidak pernah merasa begitu bahagia dan menikmati apa yang sedang ia lakukan. Namun bersama Hee Ra? Gadis itu benar-benar membuatnya merasakan hal ini untuk pertama kalinya.

Ia bisa melihat raut kecewa di wajah Kyung Soo, tapi baiklah, bukankah hubungan mereka tidak sehat? Jong In mulai memikirkan itu sekarang. Setidaknya ia harus mulai menjauh sedikit demi sedikit dari Kyung Soo, dan untuk kedepannya apakah ia akan terus bersama dengan Hee Ra atau tidak…

Ia sendiri belum tahu..

“Tidak bisakah kita menghabiskan waktu sebentar saja?” Kyung Soo masih berusaha. Ia sangat rindu pada Jong In, namun pria itu tak mau mengerti.

“Entahlah,” Jong In berhenti sebentar dan melihat jam tangannya. “Tapi sepertinya aku punya sedikit waktu nanti malam.”

Mendengar jawaban Jong In, Kyung Soo langsung menepuk kedua tangannya bersamaan. Ia tersenyum puas, “Kalau begitu temani aku minum jam delapan tepat. Aku akan kembali ke Korea besok pagi.”

“Baiklah, apa kau perlu bantuanku untuk memesan kamar?”

Kyung Soo menggeleng, “Tidak perlu. Persiapkan saja dirimu untuk nanti malam, lagipula aku tidak menjamin kau akan tahan setelah minum dua gelas vodka.”

“Haha, aku akan berusaha.”

“Kalau begitu aku pergi dulu, dan ingat, jangan pernah menyentuh Hee Ra sedikitpun, Kim Jong In.”

Setelah mengucapkan kalimat barusan Kyung Soo langsung berbalik meninggalkan Jong In dan pergi mencari penginapan. Ngomong-ngomong, sekarang Jong In berharap agar Kyung Soo tidak menginap di hotel yang sama dengannya.

Baru saja Jong In berniat kembali ke hotel, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia segera merogoh saku celana dan melihat siapa yang menghubunginya. Matanya memicing begitu mendapati nama salah seorang anak buahnya yang diberi tugas untuk mencari tahu siapa dalang dari beberapa orang yang mengejar Hee Ra minggu lalu.

“Yoboseo..”

“Tuan, kami telah berhasil menemukan orangnya.”

Jong In membelalakkan matanya, “Benarkah? Siapa orang itu?”

“Menurut pengakuan pelaku, orang yang menyuruh mereka adalah Lu Han.”

“Lu Han? Siapa dia?”

“Kami sedang mencari tahu latar belakangnya, setelah mendapat informasi, kami akan segera menghubungi anda.”

“Baiklah, beritahu aku secepatnya. Aku sudah tidak sabar memberinya pelajaran.”

“Baiklah Tuan, akan segera kami laksanakan.”

Setelah memutus sambungan ponsel, Jong In segera berjalan menuju ke villanya dan Hee Ra. Ia menyuruh gadis itu kembali ke villa ketika sedang mengobrol dengan Kyung Soo tadi. Yah, bagaimana lagi, mereka pasti canggung jika harus disatukan.

Rasanya lega sekali melihat Hee Ra benar-benar menunggunya di villa. Sesungguhnya Jong In takut kalau gadis itu merasa bosan dan berkeliaran sendiri, ia takut Shin Hee Ra akan menghilang.

“Dia pulang besok,” Jong In berusaha membuka percakapan. Ia duduk di samping Hee Ra dan ikut memandang indahnya laut dibelakang villa mereka.

“Hmm?” Hee Ra menengok, ia baru sadar jika Jong In sudah duduk di sampingnya. “Kau menyuruhnya pulang?”

“Aku tidak punya pilihan lain,” Jong In menarik seulas senyum di bibirnya,”lagipula aku ingin menghabiskan waktu liburan tanpanya. Dia terlalu cerewet, kadang kepalaku terasa ingin pecah mendengar semua ocehannya.”

Hee Ra tersenyum, ia tidak menyangka bahwa Jong In memiliki selera humor yang lumayan bagus, “Lalu?”

“Nanti malam aku harus menemani minum sebagai gantinya.”

“Bukankah itu menyenangkan?”

“Kalau saja aku bisa minum.”

Hee Ra mengerutkan keningnya. Apa maksudnya tadi? Pria itu tidak minum? Maksudku, dia akan mabuk hanya dengan menelan sedikit vodka?

“Baiklah-baiklah, kau boleh tertawa mendengarnya.” Merasakan adanya perubahan sikap dari Hee Ra, Jong In segera mengklarifikasinya, “Lagipula aku masih bisa minum yang lain, di dunia ini tidak hanya diisi dengan minuman beralkohol, bukan?”

Rasanya aneh sekali jika direktur perusahaan besar seperti Jong In ternyata bukanlah type pria yang suka minum.

“Tapi Shin Hee Ra, kau mau membantuku?”

“Jika itu bisa kulakukan, aku pasti membantumu.”

Jong In terdiam sejenak, sedari tadi ia diam-diam memikirkan cara agar tidak kehilangan kesadaran ketika menemani Kyung Soo nanti, karena bagaimanapun pria itu pasti memaksa Jong In untuk meneguk entah satu atau dua gelas vodka.

“Tetaplah berada di dekatku nanti, selamatkan aku jika aku mulai mabuk.”

“Tapi..bukankah kau bersama Kyung Soo?”

Kali ini Jong In mengubah duduknya untuk menghadap Hee Ra, ia menggenggam tangan kanan gadis di depannya itu dan meremasnya pelan, “Aku akan menyiapkan meja untukmu, menyamarlah. Amati aku, dan jika aku mulai terlihat mabuk, hubungi aku dan aku akan berpura-pura mendapat urusan mendadak, jadi aku bisa kembali. Kau mau kan?”

Tidak ada salahnya membantu Jong In. Sekarang waktunya bagi Hee Ra untuk membalas kebaikkan pria itu. Mungkin ini tidak sebanding dengan apa yang diberikan Jong In padanya selama ini, tapi setidaknya ia sudah berusaha untuk membalasnya.

Ya! Kim Jong In, kenapa kau payah sekali sih?” Kyung Soo tidak tahan lagi. Jong In baru saja meneguk dua gelas vodka dan dia sudah mulai kehilangan kesadaran.

Ugh, aku kan sudah, ahh,” Jong In kehilangan keseimbangannya. Ia terjatuh dari kursi dan berusaha untuk bangkit kembali. Kedua tangannya mencoba untuk menumpu tubuh yang sedang tidak stabil tersebut, “Aku bukan peminum yang hebat hahahaha.”

Sementara itu tak jauh dari keduanya, Hee Ra dengan menggunakan wig dan dress bewarna merah selutut kebingungan. Ia tidak mungkin menghubungi Jong In untuk menyelamatkan pria itu, ia sudah mabuk berat sekarang.

Satu-satunya cara adalah Hee Ra harus datang dan menarik Jong In bersamanya lalu membawa kabur pria itu kembali ke villa.

Ahh, sialan. Aku harus melakukan ini.” Hee Ra menggigit bibir bawahnya. Ia harus berlari dan membantu Jong In dengan menggunakan dres seperti ini. Benar-benar tidak efisien. Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini yang bisa ia lakukan.

Perlahan Hee Ra mengatur posisinya, ketika Kyung Soo berbalik untuk menuang vodka ke gelas, ia segera berlari dan menarik Jong In dengan susah payah. Kyung Soo yang terkejut, refleks menarik Jong In kembali padanya. Sempat terjadi tarik-menarik antara mereka berdua, namun keadaan Kyung Soo yang tidak seratus persen sadar benar-benar menguntungkan Hee Ra.

Walaupun sangat susah untuk menarik Jong In dari Kyung Soo, tapi akhirnya ia berhasil juga. Kyung Soo yang mulai dikuasai oleh alkohol akhirnya menyerah dan melepaskan Jong In, dengan begitu Hee Ra langsung merangkul Jong In dan berlari sebisa mungkin sambil sedikit menyeret kaki pria itu.

Ya! Kim Jong In sadarlah!” Ia berusaha menyadarkan Jong In. Sungguh, keadaan Jong In sekarang sangat tidak menguntungkan baginya, apa ia tidak sadar bahwa tubuhnya cukup berat bagi Hee Ra? Belum lagi Hee Ra harus membantunya berjalan sampai di villa, ia bisa sakit pinggang setelah ini.

Dengan susah payah Hee Ra akhirnya bisa bernapas lega, mereka sampai juga di villa dan Hee Ra berhasil meletakkan Jong In di atas kasur. Otaknya kembali berpikir, apakah ia harus melepas pakaian Jong In atau membiarkannya? Jong In pasti tidak nyaman jika harus tidur dengan pakaian seperti itu.

Tapi tunggu dulu, apa yang akan dipikirkan Jong In nanti jika ia terbangun saat Hee Ra sedang membuka pakaiannya?

Ayolah Shin Hee Ra, salam keadaan seperti ini tidak ada salahnya untuk membantu Jong In, terlebih lagi jika nantinya pria itu berpikir yang tidak-tidak ia bisa menjawabnya bukan? Jadi baiklah, Hee Ra sudah membulatkan tekadnya untuk melepas beberapa helai pakaian Jong In.

Ia duduk di pinggir kasur, sedikit membuat jarak dengan pria yang sedang terbaring di sana. Entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdebar tak karuan, seperti ingin melompat dari tempatnya. Ia melepas jas Jong In dengan perlahan, sepelan mungkin agar Jong In tidak terbangun, tapi tiba-tiba Jong In menggenggam tangannya entah itu sadar atau tidak, dan kejadian tersebut cukup membuat Hee Ra terkejut.

“Apa yang akan kau lakukan? Ahh,” Jong In terbangun, Hee Ra tidak yakin bahwa pria yang menggenggam tangannya itu benar-benar sadar seratus persen.

Ugh, minggirlah, aku ingin muntah.” Jong In tiba-tiba bangkit dari kasur, ia berlari ke kamar mandi secepat mungkin. Keadaannya yang sedang mabuk membuat ia sempat terjatuh beberapa kali di lantai hingga akhirnya berhasil mencapai kamar mandi.

Hee Ra mengikutinya dari belakang. Ia berdiri di samping pintu kamar mandi dan menunggu Jong In keluar. Terdengar suara rintihan Jong In yang sedang mual.

Bodoh. Benar-benar bodoh. Kalau sudah tahu tidak kuat minum kenapa harus dipaksa? Kenapa pewaris grup Zorus sangat idiot? Tidak seharusnya Jong In melakukan hal yang bisa melukainya seperti ini. Tapi tunggu dulu, untuk apa Hee Ra memikirkannya?

Beberapa menit berlalu, akhirnya pintu kamar mandi terbuka juga. Nampak Jong In dari ambang pintu dengan keadan terhuyung. Ia tersenyum tipis mengetahui Hee Ra berada di depannya dan sedetik kemudian pingsan tepat di pelukkan Hee Ra.

Terkejut, Hee Ra hampir saja kehilangan keseimbangannya. Namun untung saja mereka berdua tidak terjatuh. Badannya yang kecil sekali lagi berusaha membawa Jong In untuk naik ke atas kasur, walaupun tidak sejauh tadi tapi keadaan Jong In yang seratus persen tidak sadar seperti ini benar-benar puluhan kali lebih berat daripada sebelumnya.

“Kim Jong In bodoh, aku tidak akan membiarkanmu minum lain kali,” gerutu Hee Ra kesal sambil meletakkan Jong In di atas kasur.

Kali ini ia tidak berniat untuk membuka kemeja Jong In, ia hanya menyelimuti pria itu supaya tidak kedinginan.

Hee Ra melirik ponselnya di atas meja, sepuluh panggilan masuk dari ibunya dan ia tidak sadar sama sekali. Ia buru-buru menghubungi balik orang tuanya sebelum mereka marah dan mengeluarkan pidato yang cukup membuat telinganya sakit.

“Shin Hee Ra! Kemana saja kau ini? Kenapa tidak menjawab panggilan mama?!” Hee Ra sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.

“Ma, pelankan suaramu,” Hee Ra menggigit bibir bawahnya. “Jong In sedang tidur, aku takut dia terbangun,” lanjutnya sehingga berhasil membuat ibunya sedikit tenang.

“Benarkah? Maafkan mama kalau begitu,” ia berhenti sebentar, suaranya terdengar lebih tenang sekarang. “Apa kalian bersenang-senang? Maksudku apakah kalian sudah melakukannya?”

“Melakukan? Melakukan apa?”

“Ahh, kau pasti tahu maksud mama kan? Itu yang biasa dilakukan oleh pasangan baru. Bagaimana? Apakah Jong In hebat dalam melakukannya? Mama lihat ia sangat—”

“MAMA!” Hee Ra berteriak kali ini, pertanyaan ibunya benar-benar memalukan.

“Kenapa kau berteriak? Bagaimana kalau suamimu terbangun? Huh, anak muda jaman sekarang memang bersikap sok malu-malu. Ayolah ceritakan pada mama, kau tidak perlu malu karena dulu aku juga melakukannya untuk pertama kali.”

“Aku tidak melakukannya, aku tidak akan menceritakannya pada mama!”

“Aish, kenapa memangnya? Pasti kalian kelelahan karena perjalan yang sangat jauh. Tidak apa-apa kalian bisa mencobanya besok, dan kalau kau perlu bantuan mengenai gaya yang cocok bagi pasangan muda, mama akan—”

“Mama! Sudahlah ku tutup saja, selamat malam.”

Hee Ra langsung memutuskan panggilannya. Ia masih tidak menyangka mendapat pertanyaan yang begitu vulgar dari ibunya. Melakukan hal itu dengan Jong In? Tidak akan.

Entah kenapa ia merasa kepanasan, jantungnya kembali berdebar kencang. Pertanyaan ibunya benar-benar mempengaruhi suasana hatinya saat ini. Ia tidak tahu apakah jika menikah dengan pria yang benar-benar dicintainya nanti ibunya juga akan bertanya seperti itu dan apakah ia akan menceritakan malam pertamanya dengan wajah sumringah.

Memalukan sekali.

“Shin Hee Ra…kenapa berisik sekali?” Suara serak Jong In membuat Hee Ra langsung menengok ke arah pria yang terbaring lemas di atas kasur tersebut.

“Kau sudah sadar?” Hee Ra buru-buru memegang kening Jong In, “Kau tidak demam, untunglah.”

Jong In tertawa kecil dan memindahkan tangan Hee Ra dari keningnya, “Bodoh. Aku ini mabuk, bukan sakit,” gumamnya lalu tertawa sekali lagi.

Dalam keadaan seperti inipun Jong In masih bisa bersikap menyebalkan, dasar pria idiot.

“Aku kedinginan sekali, apa kau tidak?”

Hee Ra baru sadar bahwa udara malam ini sangat dingin. Ia terlalu sibuk dengan Jong In dan ibunya tadi sehingga melupakan rasa dingin yang menerpa.

“Gantilah pakaianmu lalu tidur.” Jong In memukul-mukul pelan kasur di sampingnya. Apakah ia mengajak Hee Ra untuk tidur bersamanya? “Aku tidak akan membiarkanmu tidur di sofa hanya karena aku sedang lemas.”

“Tapi..”

“Tidak ada tapi-tapian, cepat ganti pakaian.”

Kim Jong In si pemaksa ulung. Hee Ra tidak bisa berkutik jika Jong In sudah berkata seperti itu. Ia akhirnya menyerah dan mengikuti kemauan Jong In untuk segera berganti pakaian dan dengan perasaan tak karuan ia berbaring di samping Jong In.

Seolah tidak perduli pada ekspresi Hee Ra, Jong In tiba-tiba memeluknya erat. Sekali lagi ia membuat Hee Ra hampir pingsan, sama seperti saat Jong In mencium keningnya dulu.

“Kim Jong In, kau—” Hee Ra berusaha memberontak agar Jong In melepaskannya. Tapi bukannya melepas, Jong In malah semakin mempererat pelukannya.

“Tidak perlu khawatir, aku sudah bilang-kan kalau aku tidak tertarik pada wanita.”

“Tapi..”

Jong In menatap kedua mata Hee Ra lekat-lekat selama beberapa detik dan kembali menutup matanya, “Kumohon Shin Hee Ra, aku kedinginan.”

Hee Ra melunak, ia membiarkan Jong In memeluk tubuhnya. Melihat ekspresi dan cara berbicara Jong In, sepertinya ia sungguh-sungguh. Ia tidak akan membiarkan Jong In kedinginan lalu sakit.

“Selamat malam, Kim Jong In,” bisiknya lembut, entah didengar atau tidak oleh Jong In, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.

Berada dalam pelukkan Jong In sepanjang malam nyatanya membuat Hee Ra tidak bisa tidur hingga pukul tiga pagi. Ia terus saja memandangi Jong In dan entah kenapa jantungnya berdebar sangat keras sampai ia takut Jong In akan mendengarnya.

Untunglah ia akhirnya bisa tertidur, dan karena kejadian tersebut, Hee Ra akhirnya baru terbangun pukul sepuluh pagi. Ia telat untuk sarapan.

Good morning Miss. Shin.” Suara bariton Jong In terdengar dari balik pintu dapur villa, pria itu keluar sambil membawa sepiring omelette dan segelas susu, “Ready for special breakfast?” sambungnya kemudian duduk di pinggir kasur.

“Kau yang memasaknya?”

“Kita terlambat untuk sarapan dan aku tidak mungkin membangunkan atau meninggalkanmu, jadi apa boleh buat.”

“Maafkan aku, seharusnya kau meninggalkanku tadi.” Hee Ra merasa bersalah, ia tidak enak hanya karena dirinya yang terlambat bangun maka Jong In harus melewatkan sarapannya.

“Tidak perlu meminta maaf, lagipula aku tidak buruk dalam memasak, tidak kalah dengan koki hotel. Cobalah, aku sudah makan tadi.”

Hee Ra tersenyum tipis, untuk pertama kalinya ada seorang pria yang membuatkannya sarapan. Ia menerima piring dari Jong In dan mencobanya, dan percayalah bahwa masakan Jong In ternyata tidak buruk, bahkan bisa dikatakan enak. Di mana ia belajar memasak? Hee Ra harus mengikutinya.

“Mmm..enak! Kau kursus?”

Jong In mengibas-kibaskan tangannya, pipinya sedikit memerah, “Ahh, tidak. Karena sering ke luar negeri aku jadi berpikir kalau bisa memasak akan sangat membantu, terlebih saat aku kelaparan malam hari. Akhirnya aku belajar memasak lewat internet.”

“Pantas saja..apalagi yang bisa kau masak?”

“Apa? Entahlah, aku hanya bisa memasak beberapa makanan saja, itupun rasanya belum tentu enak.”

Hee Ra mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali sambil terus mengunyah makanannya, “Kalau begitu masaklah, atau ajari aku memasak.”

Mendengar perkataan Hee Ra, Jong In tertawa lebar. Mengajarinya memasak? Jong In sendiri sebenarnya tidak yakin pada masakannya.

“Tidak-tidak Shin Hee Ra, aku akan mencarikanmu guru jika kau mau nanti.”

“Huh,” Hee Ra mengerucutkan bibirnya, “itu buang-buang uang.”

“Baiklah, lupakan soal buang-buang uangnya sebentar.” Jong In bangkit dari kasur dan mengambil sebuah amplop bewarna pink di meja samping kasur lalu memberikannya pada Hee Ra, “Aku akan mengantar Kyung Soo sekarang. Ketika aku pergi buka amplop ini dan ikuti apa yang tertulis di sana,” gumam Jong In sambil mengedipkan sebelah matanya kemudian berlalu keluar dari villa.

Salah satu hal terbaik yang terjadi hari ini adalah akhirnya Kyung Soo akan kembali ke Korea. Jong In mulai bernapas lega, ia memasang senyum manis menatap Kyung Soo yang berdiri di hadapannya.

Mereka berada di Bandara, seperti janjinya kemarin, Jong In akan mengantarkan Kyung Soo ke Bandara.

“Jadi siapa gadis kemarin?”

Jong In tahu orang yang dibicarakan Kyung Soo adalah wanita yang tiba-tiba saja datang dan menariknya pergi. Rupanya Kyung Soo masih mengingat hal itu.

“Bukan siapa-siapa, mungkin dia orang mabuk. Lagipula orang itu meninggalkanku di depan Restaurant kemarin.”

Walaupun merasa tidak yakin pada jawaban Jong In, Kyung Soo akhirnya membicarakan hal lain dan mencoba melupakan kejadian kemarin malam.

“Awas saja sampai kau mengambil kesempatan untuk mendekati atau menyentuh Hee Ra. Aku tidak akan memaafkanmu, Kim Jong In,” ancam Kyung Soo sambil memasang wajah serius.

Tidak ada respon berlebih dari Jong In, ia hanya mengangkat kedua pundaknya bersamaan.

“Aku akan menghubungimu begitu sampai di Seoul,” gumam Kyung Soo lagi.

“Baiklah, semoga perjalananmu menyenangkan.”

Kyung Soo mengerutkan keningnya. Ia bisa merasakan perubahan sikap Jong In selama beberapa hari belakangan ini, terutama ketika Jong In sedang bersama Hee Ra. Apakah ia mulai jatuh cinta pada gadis itu? Kyung Soo tidak akan tinggal diam.

“Kim Jong In..”

Kali ini Jong In merubah ekspresi wajahnya, ia sedikit menaikkan kedua alisnya, “Ya?”

“Aku mencintaimu, aku tidak akan membiarkan Hee Ra mengambilmu dariku.”

Setelah mengucapkan kalimat barusan, perlahan Kyung Soo mendekatkan wajahnya pada Jong In. Alih-alih menerima, Jong In malah menghindar. Apa pria itu gila? Ia ingin mencium Jong In di tempat ramai seperti ini? Benar-benar tidak masuk di akal!

“Kenapa kau menghindar?” Kyung Soo yang tidak terima akan perlakuan Jong In langsung melayangkan protesnya.

“Kau sudah gila menciumku di tempat umum? Bagaimana kalau orang-orang itu tahu?”

Seolah tidak terima karena jawaban Jong In, Kyung Soo menghentakkan kakinya di lantai dengan keras, “Memangnya kenapa kalau mereka tahu? Kim Jong In, asal kau tahu kalau cinta itu buta! Mereka tidak memiliki hak untuk mengomentari hubungan kita!”

“Tapi aku pewaris grup Zorus! Kau harus mengerti itu! Aku tidak mungkin membiarkan berita ini muncul dan mencoreng nama keluargaku. Aku bahkan bisa memutuskanmu karena ini.”

“Apa? Jadi kau mengancamku?”

Jong In menggaruk kepalanya frustasi. Ia merasa sia-sia telah berdebat dengan Kyung Soo. Pria itu terlalu egois, ia tidak pernah memikirkan sekitar, yang ada di kepalanya hanya hidupnya sendiri.

“Sudahlah, lupakan saja. Tidak ada gunanya kita bertengkar.”

“Kau membuat mood-ku hancur Kim Jong In. Aku tidak akan menghubungimu nanti.” Kyung Soo membuang napas beratnya, ia tidak memandang Jong In sama sekali dan langsung beranjak pergi. Rupanya perkataan Jong In barusan benar-benar menyakiti hatinya, ia tidak percaya Jong In akan berkata seperti itu padanya.

Bukannya meminta maaf atau sekedar mengejar Kyung Soo, Jong In malah tetap terpaku pada tempatnya berdiri. Entah kenapa hatinya terasa berat untuk meminta maaf, lagipula ia tidak salah, kan?

Tringg…

Merasa ponselnya berbunyi, Jong In segera merogoh saku celananya. Ternyata pesan masuk dari Hee Ra.

From : 신희라

“Ya, Kim Jong In, kau kemana saja? Aku sudah menunggumu selama tiga puluh menit.”

Bodoh. Jong In lupa ia harus bertemu dengan Hee Ra. Gadis itu pasti marah sekali karena harus menunggu lama. Kyung Soo benar-benar membawa efek buruk bagi Jong In.

“Apa-apaan dia, menyuruhku ke sini tapi dia sendiri belum datang,” Hee Ra mencibir. Ia sudah hampir satu jam menunggu Jong In di sini dan pria itu belum juga datang.

“Shin Hee Ra!”

Merasa kenal dengan suara tersebut, Hee Ra refleks menengok. Ia melihat Jong In sedang berlari ke arahnya sambil membawa seikat bunga di tangannya.

Begitu sampai di depan Hee Ra, Jong In langsung mengulurkan bunga di tangannya, “Ini untukmu sebagai permintaan maafku karena membuatmu menunggu lama,” gumamnya yang masih ngos-ngosan.

Hee Ra menerima bunga dari Jong In dan menyuruh pria itu untuk duduk, namun Jong In menolak dan malah menggenggam tangan Hee Ra lalu mengajaknya untuk berlari menuju mobil sport bewarna merah.

Mungkinkah Jong In menyewa mobil itu?

Mungkin saja.

Selama perjalanan Hee Ra beberapa kali bertanya kemana mereka akan pergi, namun Jong In sepertinya tidak berniat untuk menjawab sehingga akhirnya Hee Ra menyerah dan memilih untuk diam.

Tapi baiklah, akhirnya Jong In menghentikan mobilnya di suatu tempat yang bahkan Hee Ra tidak tahu itu di mana. Dua orang pria dan seorang wanita melambaikan tangannya pada mereka, Hee Ra tahu pasti kalau itu ada hubungannya dengan Jong In.

“Kau membawa baju ganti seperti yang kutulis bukan?”

Jong In tiba-tiba saja bertanya, ia memainkan alisnya menggoda.

“Iya, memang kenapa?”

“Kau pernah diving sebelumnya?”

Hee Ra berpikir sebentar, mengingat-ingat apakah ia pernah menyelam. “Sepertinya tidak pernah, kenapa?”

Sedikit kecewa akan jawaban Hee Ra, Jong In mendecakkan lidahnya. Tapi tidak berselang lama ia mengambil tas kecil di kursi belakang dan kembali berkata pada Hee Ra,”Tidak masalah, Natalie pasti bisa mengatasinya.” Jong In berucap penuh tanda tanya. Ia segera keluar dari mobil dan disusul oleh Hee Ra, mereka kemudian menghampiri orang yang tadi melambaikan tangannya.

“Kami sudah menunggu kalian, rupanya ini dia bintang kita hari ini,” ujar seorang pria berbadan besar dan berambut pirang pada Jong In dan Hee Ra.

Jong In hanya tersenyum menanggapi ucapannya, sementara Hee Ra tak mengerti. Bintang apa? Apa mereka akan tampil? Apa mereka harus membuat sebuah pertunjukkan? Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Jong In?

“Aku Natalie, kau pasti Shin Hee Ra kan?”

Seorang gadis berambut pendek dan bermata biru mengulurkan tangannya pada Hee Ra, refleks Hee Ra menyambut uluran tangan gadis itu dan meremasnya pelan, “Ya, itu aku.”

“Kalau begitu kita tidak perlu membuang waktu lagi, ikutlah denganku Shin Hee Ra.” Tiba-tiba saja Natalie menarik lengan Hee Ra dan memaksa agar mau mengikutinya.

Sebenarnya ada apa ini?

 

TO BE CONTINUED

 

Note : Huhuhu sebenernya aku pengen manjangin lagi, cuma setelah aku pikir-pikir lebih baik diputus aja ceritanya sampe di sini dijadiin TBC, soalnya nanti kalau aku lanjutin dalam satu chapter bakal jadi kepanjangan dan susah buat mutusnya/? 

116 pemikiran pada “Forbidden Love Part X

  1. Kyungsoo protektif bgt sih ke jongin-_- nah klo kyungsoo balik ke korea kyk gtukn lebih baik ketimbang jd pengganggu momennya bulan madu jongin-heera hahaha. Eciyee jongin-heera yg mau diving bareng😆 gk sabar buat ngebaca momen mereka berdua yg diving bareng😍

  2. aaaaa jonginn meleleh bacanyaaa aaa mauu jadi heera jong aku baper loh bacanyaa author tanggung jawab aku baperr .kyungsoo ih apa banget sih .kesel tau gaaa udh la kyungsoo ikhlasin ajaa .kai heera diving bareng ,aku ga sabar nungggu momentnyaa heheh semangatt eonnii !!!

  3. Berhubung chap 9 blum dpt pw jdi aku bca yg ke 10 deh 😘
    Aduh ga kebayang muka DO emesh emesh sm jongin…😝😝😝
    Bgus deh lu balik me korea. Iyakan mada gangguin Honeymoon orang 😂😂😂 ga keren bgt sumpah..
    Ah ya btw itu Luhan siapanya hee ra ya? Kok pke mau nyulik sgla

  4. Yahh .. TBC
    Seneng dah si Kyung Su udah pulang, bagaimana kabar Chanyeol ?! Apa Hee Ra lupa ?! Hhuhuhu cuss ah ke part selanjutnya ^^

  5. Jongin heera roman2nya kya jatuh cinta ya. Tpi kyungsoo selalu aja jdi penghalang. Emg enak diancem jongin mau diputusin tdi. Kyungsoo. Wkwk. Jongin sdr gk sdr sikapnya manis bgt sma heera. Duh bkin baper mulu mah si jongin

  6. kyungsoo kyungsoo sok manja banget sama jongin, dikirany jongin cinta mati sana lo makanya sedikit2 ngambek tp toh jongin cuek ajah, kasihan dehh :p

  7. ya ampun kyungsoo nekat bgt ya, nyamperin kai yg lagi bulan madu..
    mereka mau diving ya? seru dong. penasaran bgt moment mereka kaya gimana.

Tinggalkan Balasan ke kaigel12 Batalkan balasan