Forbidden Love Part VI


forbidden love

 

 

FORBIDDEN LOVE

 

A FanFiction by Heena Park

 

 

Genre: Romance-Sad-Marriage Life//Ratting: PG-15//Lenght: Multichapter//Starring: Shin Hee Ra-Kim Jong In-Park Chan Yeol-Choi Ha Neul-Do Kyung Soo

 

 

Summary :

“Apa yang akan terjadi jika seorang wanita yang sedang mengalami patah hati memutuskan untuk menikahi pria dengan kelainan homoseksual?”

 

 

Forbidden Love Part VI

 

 

Mereka tiba di rumah sekitar pukul 12 malam. Tidak ada percakapan antara Jong In dan Hee Ra selama di perjalanan. Wajar memang, ucapan Jong In yang meminta agar gadis itu tidak jatuh cinta padanya masih terngiang begitu jelas di kepala Hee Ra. Sekali lagi, Hee Ra benar-benar tidak jatuh cinta pada Jong In—atau mungkin lebih tepatnya belum jatuh cinta. Tapi perkataan Jong In seperti menolaknya sebelum berperang. Menolak sesuatu yang bahkan belum ia ketahui lebih dalam, dan itu membuat Hee Ra cukup sakit hati.

Nampak seorang pria bertubuh mungil menyilangkan kedua lengannya di depan pintu rumah Jong In. Begitu melihat Jong In dan Hee Ra melangkah ke arahnya, pria itu cepat-cepat berdiri tegak lalu berjalan menghampiri Jong In dengan langkah lebar.

Siapa dia?

“Kyung Soo, kau disini?” Jong In mengerutkan keningnya.

Pria yang dipanggil Kyung Soo oleh Jong In itu mengangguk sekilas, matanya langsung memandang Hee Ra dari atas ke bawah. Ia nampak tidak suka dengan kehadiran Hee Ra. “Tentu saja, sayang. Aku sangat merindukanmu, jadi ku putuskan untuk ke rumahmu,” ia berhenti sebentar lalu menerobos di tengah-tengah Jong In dan Heera, seperti menjadi pembatas untuk kedua orang tersebut. “Bagaimana kalau kita masuk? Di luar dingin sekali,” lanjut Kyung Soo sambil mencengkeram lengan Jong In.

“Masuk?” Jong In menggeleng, ia melepaskan tangan Kyung Soo dari lengannya, “Maafkan aku. Bukannya aku tidak mau tapi nenekku berada di rumah dan dia pasti akan marah jika melihatmu.”

Sementara Jong In dan Kyung Soo sedang berbincang serius, Hee Ra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Jadi ini kekasih Jong In?

Kyung Soo menggerutu, pria itu menghentak-hentakkan kedua kakinya di tanah. Baiklah, sebenarnya ia tidak terlihat imut sama sekali. Kenapa melakukan hal seperti itu sih? Benar-benar membuat Hee Ra jijik.

“Jadi kau tega mengacuhkanku yang sudah rela malam-malam kemari karena merindukanmu? Jahat.”

“Tidak, bukan begitu,” Jong In mengibas-kibaskan tangannya beberapa kali kemudian menepuk kedua pundak Kyung Soo. “Mengertilah, sekarang keadaannya berbeda, kita harus lebih menjaga jarak. Apa kau mau aku jatuh miskin? Tidak-kan?”

Alasan yang bagus. Setidaknya Kyung Soo pasti bisa mengerti setelah mendengarnya.

Uh!” Kyung Soo menggertakkan giginya. Mau tidak mau ia harus mengikuti permintaan Jong In untuk lebih menjaga jarak. Tentu saja harus begitu, lagipula Kyung Soo tidak mau jika nantinya harus menikah dengan pria miskin.

“Bagaimana? Kau bisa mengertikan?” Kali ini Jong In memberikan seulas senyum manis pada Kyung Soo. Ayolah, kenapa mereka bersikap seperti ini di depan Hee Ra? Gadis itu bisa saja merasa jijik lalu membatalkan rencana pernikahannya dengan Jong In. Bagaimanapun juga kelakuan keduanya cukup membuat nilai Jong In dimata Hee Ra semakin turun.

Kyung Soo membuang napas dari mulutnya, “Baiklah. Aku akan pulang sekarang.” Ia berbalik ke kanan dan berdiri tepat di depan Hee Ra dengan tatapan sinis, “Jadi kau?”

“Do Kyung Soo.” Jong In mencoba memberi kode agar Kyung Soo menghentikan perbuatannya.

Mengacuhkan suara Jong In, Kyung Soo tetap menatap Hee Ra, namun kali ini pria itu meletakkan kedua lengannya di pinggang, seperti sedang menilai seseorang, “Aku tidak akan membiarkanmu memiliki Jong In,” gumamnya serius.

Setelah menyelesaikan peringatannya yang ditujukan pada Hee Ra, Kyung Soo memandang Jong In sebentar dan tersenyum kepada pria itu lalu benar-benar pergi meninggalkan keduanya seperti yang diminta oleh Jong In.

Tidak ada respon negatif dari Hee Ra setelah mendapatkan peringatan dari Kyung Soo. Gadis itu hanya memutar bola matanya dan berjalan mendahului Jong In begitu Kyung Soo menghilang dari pandangannya, sementara Jong In mengikuti dari belakang.

Bukannya membiarkan, Jong In hanya merasa bahwa Hee Ra butuh waktu untuk sendiri. Ia yakin perkataan Kyung Soo tidak berpengaruh bagi Hee Ra karena gadis itu tidak memiliki perasaan padanya dan mereka hanya berpura-pura menikah.

Sebelum masuk ke kamar, Hee Ra berhenti sebentar dan berniat untuk menanyakan sesuatu pada pria itu.

“Tiga hari lagi kita akan menikah, apakah undangan yang kuminta sudah jadi?” Sesungguhnya Hee Ra bingung harus menggunakan kalimat seperti apa untuk menanyakan hal ini, jadi baiklah, hanya itu yang bisa keluar dari mulut Hee Ra sekarang. Walaupun terdengar sedikit aneh dan terkesan gusar.

Entah menyadari atau tidak, Jong In masih saja terlihat santai. Ia mengangguk dua kali dan mengambil ponsel dari saku celananya lalu mencari pesan dari seseorang dan menunjukkannya pada Hee Ra, “Ini. Menurut pesan yang kuterima dari Wedding Organizer, besok pagi undangannya akan diantar kemari dan sudah bisa disebar.”

Ahh,” Hee Ra menggigit bibir bawahnya, “Terimakasih.”

Berniat untuk masuk ke kamar, Jong In cepat-cepat menarik tangan Hee Ra dan mencegah gadis itu untuk masuk. Sontak Hee Ra terkejut dan tanpa sengaja malah memeluk Jong In. Matanya membulat. Tidak ada yang mereka lakukan selain terdiam dan sibuk pada pikiran masing-masing dengan posisi saling berpelukkan.

Sebenarnya bukan ini yang diinginkan oleh Jong In. Ia menarik Hee Ra karena ingin memberi tahu besok mereka harus mencoba gaun pengantin. Bukannya malah berpelukkan dan sama-sama terdiam karena pikirannya tiba-tiba saja terbang entah kemana.

Ketika kesadaran keduanya telah kembali, Hee Ra cepat-cepat menjauh dari Jong In, “Maafkan aku, aku terkejut tadi.”

Tidak. Hee Ra seharusnya tidak meminta maaf karena bukan hanya dia yang memeluk Jong In, namun pria itu dengan sadar atau tidak, ia membalas pelukkan Hee Ra.

“Tidak apa-apa, aku yang seharusnya meminta maaf karena sudah membuatmu terkejut,” Jong In menggaruk kepalanya gugup, “tidurlah, besok pagi-pagi kita harus mencoba gaun pengantin dan melihat apakah undangannya sesuai dengan kemauanmu,” lanjut Jong In lalu berjalan menuju kamarnya tanpa menunggu respon dari Hee Ra.

 

“Shin Hee Ra buka matamu.”

“Shin Hee Ra bangunlah!”

“Ya Tuhan, kenapa anak ini malas sekali sih? Aku benar-benar malu.”

“Shin Hee Ra bangunlah!!”

Hee Ra merasakan sesuatu membuat tubuhnya terguncang, telinganya samar-samar mendengar suara wanita yang tidak asing baginya. Kelopak matanya membuka dengan pelan, dan betapa terkejutnya Hee Ra begitu melihat ibunya berada di kamar sambil memasang ekspresi kesal bersama Jong In yang menahan tawa di sampingnya.

Tunggu.

Kenapa ibunya ada di sini? Apa Jong In menjemputnya?

Sialan.

“Mama benar-benar malu. Ya Tuhan, Shin Hee Ra kau akan menikah dua hari lagi dan kau masih bangun sesiang ini?” Shin Min Young memijit lembut pelipisnya. Apakah wanita itu tidak terlalu berlebihan?

Hee Ra duduk di atas kasur dengan malas, ia mengikat rambutnya, “Mama terlalu berlebihan,” gumamnya ringan.

Mendengar respon Hee Ra, Shin Min Young membulatkan mulutnya dan menggeleng beberapa kali, “Berlebihan? Shin Hee Ra kau akan menjadi istri bagi suamimu dan nantinya akan menjadi ibu bagi anakmu, bangun saja masih sesiang ini, bagaimana bisa nanti kau menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah sebelum mereka bangun? Kau juga harus menyiapkan perlengkapan mereka sebelum berangkat kerja dan sekolah.”

Ibunya benar-benar terlalu khawatir. Lagipula Hee Ra tidak akan benar-benar menjadi istri bagi Jong In, ia hanya menjadi istri sebagai status saja. Dan untuk memiliki seorang anak, sepertinya hal itu tidak akan terwujud.

“Mama lupa kalau aku tidak bisa memasak?”

Bodoh. Shin Hee Ra bodoh. Kalimat itu keluar begitu saja dari dalam mulutnya.

Shin Min Young terlihat semakin panik, ia lupa kalau Hee Ra tidak bisa memasak. Jadi kata sarapan dari kalimat panjang-lebarnya barusan harus segera dihapus. “Ya Tuhan, kenapa anak gadisku seperti ini? Apa salahku?”

Tidak ingin ibunya semakin berlebihan dan Jong In yang mati-matian berusaha menahan tawa, Hee Ra bangkit dan berdiri tepat di depan ibunya, “Aku akan belajar memasak dan berusaha untuk bangun lebih awal setelah ini.”

Shin Min Young menyipitkan matanya, “Kau berjanji?”

“Hmm.”

Melihat kelakuan ibu dan anak tersebut, perut Jong In berasa tergelitik. Ia akhirnya menyerah dan memutuskan untuk membantu Hee Ra, “Bibi tidak usah khawatir, Hee Ra biasanya bangun lebih awal, tapi kemarin kami pulang terlalu malam dan dia kelelahan.”

Beruntung Shin Min Young mudah percaya pada perkataan Jong In, dan sekarang ia harus membawa ibu Hee Ra keluar dari kamar gadis ini karena Hee Ra harus bersiap untuk mencoba gaun. “Oh iya, kami akan mencoba gaun pengantin sebentar lagi. Bibi tidak keberatan-kan kalau memberi Hee Ra waktu untuk bersiap-siap?”

Shin Min Young menaikkan alisnya, “Benarkah? Kalau begitu aku ikut dengan kalian, dan Hee Ra cepatlah bersiap.”

Hee Ra berniat untuk menolak keinginan sang ibu, namun ia melihat kode dari Jong In yang menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa lebih baik Hee Ra mengiyakan perkataan ibunya barusan. Setidaknya dengan begitu ibunya bisa yakin bahwa mereka benar-benar pasangan normal.

“Baiklah, kalau begitu kita biarkan Hee Ra bersiap-siap, dan aku akan mengantar bibi ke kamar yang sudah kusiapkan,”gumam Jong In lalu mengajak Shin Min Young mengikutinya.

Setelah ibunya dan Jong In keluar dari kamar, Hee Ra duduk sebentar di ranjang dan bertopang dagu, memikirkan ibunya akan berada di rumah ini selama lebih dari dua hari ke depan membuatnya bergidik ngeri. Karena itu berarti ia dan Jong In harus bersandiwara sebagai pasangan kekasih yang akan menikah. Bahkan ketika mereka berada di kamarnya masing-masing.

Tidak ingin terus-terusan merasa frustasi, Hee Ra akhirnya memilih untuk segera bersiap sebelum ibunya kembali masuk dan mengeluarkan kalimat super-duper-ekstra panjang yang membuat telinganya sakit.

Sekitar tiga puluh menit kemudian Hee Ra keluar dari kamarnya menuju ke ruang tamu. Terlihat Jong In sedang berbicara dengan pria bertopi, kelihatannya adalah suruhan dari Wedding Organizer yang bertugas mengantarkan undangan.

Menyadari kehadiran Hee Ra, Jong In melambaikan tangannya menyuruh agar gadis itu mendekat dan mengambil beberapa undangan lalu menyerahkannya pada Hee Ra, “Sesuai yang kau minta, bukan?” tanya Jong In.

Hee Ra mengamati undangan tersebut, sementara Jong In kembali berbincang dengan pria tadi dan tidak lama kemudian memberikan beberapa lembar uang pada pria tersebut, namun pria itu menolaknya. Jong In masih memaksa agar pria itu menerima uang darinya, sehingga mau tidak mau pria itu menyerah dan mengucapkan terimakasih lalu pamit untuk kembali ke kantornya.

Begitu pria itu pergi, Hee Ra menaruh undangan tersebut ke tempatnya, “Terimakasih Kim Jong In,” gumam Hee Ra.

Jong In hanya mengangkat kedua pundaknya sambil tersenyum, pria itu meraih tangan Hee Ra dan menggenggamnya, “Sekarang waktunya untuk mencoba gaun pengantin. Ibumu sudah menunggu kita di mobil. Bersikaplah sewajar mungkin ketika aku melakukan hal-hal yang sedikit lebih mesra, karena bagaimanapun status kita saat ini adalah pasangan kekasih yang akan menikah.”

Hee Ra tidak membalas perkataan Jong In. Ia terlalu sibuk memikirkan apa yang harus dilakukannya setelah ini. Apakah mereka harus saling merangkul? Atau berciuman ketika Jong In akan pergi kerja? Selama tinggal di rumah Jong In mereka tetap bersikap seperti biasanya karena sang nenek ternyata harus pergi selama beberapa hari keluar kota untuk alasan bisnis. Jujur saja, nenek Eun Sang tidak terlihat seperti wanita tua. Tenaganya masih sama seperti wanita berusia empat puluh tahunan.

Ketika menuju ke mobil, Jong In menggenggam tangan Hee Ra dan menyuruh Hee Ra untuk tertawa. Bukan, tapi keduanya tertawa. Ia melakukan itu agar terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bersenda gurau. Sementara Shin Min Young mengintip mereka dari balik pintu mobil sambil tersenyum. Ia bahagia karena melihat Jong In dan Hee Ra begitu cocok, bahkan mereka terlihat sangat mesra.

 

 

“Apa ini terlihat bagus di badan mama?” Shin Min Young memutar-mutar tubuhnya di depan cermin, sementara Hee Ra dan Jong In duduk bersampingan di bangku panjang sambil mengangkat kedua jempolnya.

“Mama selalu terlihat cantik memakai baju apapun,” Komentar Hee Ra yang tidak lama kemudian berdiri dan memeluk ibunya dari belakang.

Shin Min Young mengelus lengan putrinya dan tidak sengaja melihat jam di tangannya lalu terkejut, “Ya Tuhan, papa-mu pasti bingung karena mama tidak ada di rumah.” Shin Min Young buru-buru mengambil tas lengannya dan menghubungi Shin Ha Jun.

“Mama tidak pamit pada papa? Bukannya kalian dijemput oleh sopir Jong In?” Hee Ra bertanya penasaran. Ia menatap ke arah Jong In, namun pria itu mengibas-kibaskan tangannya.

Jadi ibunya datang sendiri?

“Tidak. Sopir Jong In seharusnya menjemput kami besok, tapi mama sudah tidak tahan, jadi mama berangkat tadi pagi-pagi sekali setelah ayahmu berangkat kerja.”

“Jadi mama berangkat tanpa sepengetahuan papa?”

Shin Min Young mengangguk pelan, khawatir jika suaminya marah atau lapor ke Polisi karena kehilangan istri. Tidak. Untuk lapor ke Polisi sepertinya ia terlalu berlebihan.

“Nona Shin Hee Ra?”

Suara seorang wanita membuyarkan konsentrasi Hee Ra. Ia menghampiri wanita itu, “Ya, saya sendiri.”

“Gaun nona sudah bisa dicoba, mari saya antarkan,” ujar wanita tersebut kemudian mengajak Hee Ra untuk pergi ke tempat dimana gaunnya diletakkan.

Mereka berhenti disebuah ruangan yang dipenuhi oleh puluhan gaun pengantin dengan berbagai macam bentuk dan tentu saja benar-benar indah. Wanita itu menyuruh Hee Ra untuk duduk sebentar dan ia akan mengambil gaunnya.

Hee Ra duduk di samping seorang wanita cantik berkemeja putih dan rok hitam selutut. Sepertinya wanita kantoran, terlebih lagi wanita itu menggunakan high heels bewarna hitam metalik yang semakin membuatnya menawan. Percayalah bahwa Hee Ra merasa tidak asing dengan wajah wanita itu.

“Mencoba gaun?” Wanita itu menengok ke arah Hee Ra dan menyunggingkan seulas senyum.

Hee Ra mengangguk, “Kau juga?”

Hmm, aku akan menikah minggu depan. Kau?”

“Dua hari lagi.”

“Benarkah?” Wanita itu meraih tangan Hee Ra dan menyalaminya, “Selamat atas pernikahanmu,” ujarnya ceria.

Hee Ra menyambut ucapan selamat dari wanita itu dengan senang hati,“Kau mau datang ke pernikahanku?”

“Tentu saja!” jawabnya penuh semangat.

Melihat antusias dari wanita itu, Hee Ra mengambil undangan di tasnya dan diberikanpada gadis itu, “Kebetulan sekali ada beberapa undangan yang tidak diberi nama, jadi aku membawanya dua, bersiap-siap kalau bertemu dengan temanku di jalan. Ambilah, jangan lupa bawa undangannya ke tempat resepsi ya.”

Wanita itu mengangguk dan membaca sebentar isi undangan tersebut, “Shin Hee Ra, nama yang bagus.”

“Terimakasih, dan kau?”

“Namaku—“

“Nona Shin Hee Ra.”

Belum sempat wanita itu menyebutkan namanya, Hee Ra sudah bangkit, “Berkenalanlah denganku saat pernikahan nanti. Jangan sampai lupa,” ujarnya lalu melangkah ke arah wanita di dekat pintu ruang ganti untuk mencoba gaun.

Begitu kakinya menapaki lantai ruang ganti, matanya terkesiap melihat sebuah gaun yang terpajang indah tepat di depan matanya.

Apakah itu gaun yang akan ia pakai?

Seindah itu?

Benarkah?

Hee Ra benar-benar tidak pernah bermimpi akan mengenakan gaun seindah itu di pernikahannya kelak. Ini sudah melebihi dari apa yang ia inginkan. Ini terlalu sempurna. Hee Ra bisa lupa jika pernikahannya hanya pura-pura.

baju heera

“Gaun cantik untuk wanita yang cantik pula,” gumam wanita bername-tag Choi Min Young.

Wanita itu membawa gaun indah tadi mendekat pada Hee Ra dan mengajaknya untuk berganti pakaian. “Aku akan membantumu mengenakan gaun ini.”

Hee Ra yang masih terpesona pada keindahan gaun itu hanya mengiyakan perkataan Nona Choi. Dengan perlakuan khas orang berpendidikan, Nona Choi membantu Hee Ra mengganti pakaiannya dengan gaun buatannya. Baiklah, Nona Choi adalah designer yang khusus dipesan oleh nenek Jong In agar membuatkan gaun seindah mungkin bagi calon cucu-menantunya tersebut.

“Kau adalah gadis yang beruntung karena bisa menjadi cucu-menantu Presdir Kim,” Nona Choi membuka suaranya. Ia masih membetulkan beberapa bagian gaun di tubuh Hee Ra. Wajahnya sangat bersih dan cantik. Usianya mungkin beberapa tahun lebih muda dari ibunya.

“Sudah selesai,” Nona Choi menepuk kedua telapak tangannya. “Sekarang aku akan menemanimu untuk menunjukkan gaun ini pada suami dan ibumu,” lanjut Nona Choi.

Mereka berjalan dengan hati-hati karena gaun ini lumayan berat. Walaupun begitu, keramahan Nona Choi pada Hee Ra membuat mereka menjadi nyaman antara satu sama lain dan bahkan sempat beberapa kali bersenda gurau.

Begitu sampai di tempat Jong In dan ibunya menunggu, kedua orang itu langsung memfokuskan pandangannya ke arah Hee Ra. Jong In yang awalnya duduk tiba-tiba bangkit dengan tatapan lurus ke arah Hee Ra. Pandangannya seolah mengatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam hidup, Jong In melihat perempuan secantik Hee Ra—Calon istrinya.

Sementara Shin Min Young tidak bisa menahan rasa kagumnya. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa putri kecilnya kini telah menjelma menjadi wanita cantik yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai istri.

Entah kenapa gaun ini membuat aura Hee Ra begitu kuat. Membuat siapapun pasti terpesona padanya. Bahkan Jong In. Si pria homoseksual yang tidak pernah memalingkan wajahnya dari Kyung Soo bahkan untuk wanita-wanita cantik di luar sana, kini tanpa paksaan sedikitpun bisa bangkit dan terpesona padanya.

Benar-benar sebuah keajaiban, bukan?

Jong In melangkahkan kakinya sedikit lebih dekat pada Hee Ra dan mengambil ponselnya. Entah sadar atau tidak, tapi pria itu dengan ringannya membuka aplikasi kamera dan mengambil beberapa potret Hee Ra dengan gaun itu, lalu berkata, “Kau terlihat sangat cantik, Shin Hee Ra.”

 

 

Choi Ha Neul meraih tas lengannya setelah menerima panggilan dari Chan Yeol. Pria itu sudah menunggunya di depan butik tempat mereka memesan gaun pengantin.

“Sudah lama?” Ha Neul menepuk pundak Chan Yeol yang awalnya menyandar pada badan mobil.

Ah? Tidak, aku baru saja sampai.” Chan Yeol memiringkan kepalanya, mencoba melihat apa yang sedang dibawa oleh Ha Neul, “Itu?”

“Apa?” Ha Neul memperhatikan dirinya sendiri sampai ia tersadar bahwa tangan kanannya membawa sebuah undangan pernikahan. “Oh, ini aku dapatkan dari seorang gadis yang duduk di sampingku tadi. Awalnya aku mengajaknya berbicara lalu dia berkata akan menikah dua hari lagi dan ia memberiku ini,” jelasnya sambil mengangkat undangan tersebut tepat di depan mata Chan Yeol.

“Boleh ku lihat?”

Ha Neul mengangguk, “Tentu saja, Park.”

Setelah mendapat persetujuan dari Ha Neul, Chan Yeol langsung meraih undangan tersebut. Awalnya ia sudah memberi nilai plus karena undangan itu sangat indah dan terkesan mewah, namun semua berubah ketika matanya mendapati nama seseorang yang sangat ia kenal tertulis di sana.

“Shin Hee Ra?” Chan Yeol membulatkan matanya. Ia menatap Ha Neul penuh tanya. Apakah yang dimaksud Shin Hee Ra di sini adalah kekasihnya? Bukankah beberapa hari lalu So Ra sempat bilang bahwa Hee Ra akan menikah sesegera mungkin.

Tidak.

Hee Ra tidak mungkin melakukan itu pada Chan Yeol. Lagipula mereka baru putus beberapa waktu lalu. Tapi sekarang, di tangannya terdapat sebuah undangan yang jelas-jelas menuliskan nama gadis itu.

“Iya, aku baru saja bertemu dengannya. Namanya Shin Hee Ra,” terang Ha Neul sekali lagi.

Chan Yeol menggeleng, ia memegang kedua bahu Ha Neul, lebih terkesan menghentak, “Apakah dia masih di sini? Dimana kau bertemu dengannya?” Chan Yeol menggoyang-goyangkan tubuh Ha Neul sedikit kasar. Otaknya benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang.

“Park Chan Yeol hentikan!” Ha Neul berteriak meminta agar Chan Yeol berhenti menggoyang-goyangkan tubuhnya. “Dia masih ada di dalam. Apa kau mengenalnya?”

Begitu mendapat jawaban bahwa Hee Ra masih ada di dalam, Chan Yeol segera berlari tanpa memperdulikan pertanyaan Ha Neul tentang apa ia mengenal gadis bernama Shin Hee Ra itu karena sekarang yang terpenting adalah ia ingin bertemu dengan Hee Ra dan meminta maaf pada gadis itu. Ia sangat mencintai Hee Ra. Ia tidak ingin gadis itu jatuh ke dalam pelukkan pria lain.

Tapi Chan Yeol tidak merasakan kehadiran Hee Ra sama sekali, bahkan setelah dua kali mengelilingi butik itu. Apakah ini berarti orang bernama Shin Hee Ra yang ada dalam undangan Ha Neul bukanlah Hee Ra-nya? Atau sebenarnya Hee Ra sudah pulang disaat Ha Neul tidak mengetahuinya?

Chan Yeol benar-benar bingung sekarang. Kepalanya terasa panas. Ia butuh Shin Hee Ra. Ia sangat merindukan Shin Hee Ra. Demi Tuhan. Chan Yeol akan memeluk gadis itu tanpa memperdulikan keadaan jika ia bertemu dengannya saat ini juga.

 

 

 

TO BE CONTINUED

 

201 pemikiran pada “Forbidden Love Part VI

  1. jonggiinnn lu pasti bisa sembuuh ayolahhh liat haera, putusin aja kyungsoo.
    gw jadi curiga kyungsooo pacaran ama jongin ggr cmn mau hartanya doang

  2. 1. buat jongin lu mending udahin aja deh hubungan lu sama kyungsoo and OMG gua kalo jadi hee ra ngeliat kelakuan jongin ama kyungsoo mending gua langsung kabur kedalem rymah dah sumveh gua kaga kuat liatnya cuyy..

    2. buat hee ra untung lu kaga tau siapa nama calon istrinya chanyeol dan gak pernah tau mukanya coba aja kalo tau pasti udah runyam urusannya bagus sama2 kaga toa ya hehehe…

    3. buat chanyeol ya ampun kasian banget sebenernya gua sama chanyeol tapi mau begimana lagi ya gua lebih suka kalo hee ra ama jongin daripada ama lu yeol hihihi…

    and buat authornya gua kasih empat jempol yang gua punya buat lu soalnya ini cerita keren banget say suka gua sama cerita lu hahaha..

  3. Chan please deh,km cnta bgt ma hera tp nikah ma haneul,trz lo iy,hera m0 djdiin simpenan?j0ngin jg,please deh wanita itu indah tau!!! >,<

  4. Ciye jongin udah mulai terpesona ciye sama kecantikan heera wkwk~ Udahlah jongin tinggalin aja kyungso, mending milih bersma heera ajaa^^. Aaaa penasaran kira-kira chanyeol bakal ketemu gak ya sama heera di butik itu? 

  5. Wah ternyata jongin masih ada normalnya dgn bilang Heera cantik😂
    Hoho jongin ternyata nyebelin juga yah, kesel juga liat sikapnya yg kafang ngeselin kadang geli klo pas lg ama kyungsoo.
    Jadi Heera kasih undangan ke calon istri chanyeol? Aah penasaran kira2 Chanyeol bakal ketemu Heera lagi ngga yah?

  6. heeraaa ga geli apah liat kyungsoo sama jongin ihh aku mah udh langsung kabur , chanyeol ngapain sih mau ketemu heera orang bikin orang sakit hati aja , udah lah chan heera juga udh mau nikah .ayoo jongin sembuh kamu dari penyakit homo mu biar kamu bisa merasaannyaa aaaa semangatt eonni !!!

  7. Ahh ga kebayang muka DO cemburu -_____-
    Kata emak DO itu cantik sih tp kn ga jdi homo juga keles..
    Wkwk
    Kasian juga chanyeol ya. Biar gmnapun dia ttp cinta heera.
    Sbr ya chan nasib elu. Mgkin haneul yg trbaik.. dripada sma noona valak hayoo :v

  8. Jongin pasti sembuh dngan homoseksualnya karena Hee Ra toh dia tanpa sadar tertarik kpada Hee Ra.
    Park Chanyeol kau terlambat!!

  9. Kyungsoo kesannya pemaksa bgt ya sma jongin, pantesan jongin gk bsa nolak jdi kekasihnya kyungsoo. Acara bangunin heera pagi-pagi juga bikin ngakak, lucu bgt. Dan ternyata yg bicara sma heera diruangan itu haneul. Duh makin complicated nih. Hihi

  10. Hahaha ngebayangin D.O yg ngambek kek anak kecil kya.a lucu yah, biasa.a kan Jongin yg tingkah.a kek anak kecil, knpa jdi kebalik yah hahahahah
    Next ya

  11. Semoga nanti Jong In bisa jatuh hati pada Hee Ra ^^ dan melupakan Chanyeol begitupun dengan Chanyeol.
    Cusss ahh ke part selanjutnya ^^

  12. D.O kok gitu bgt ya… wah nanti ha neul dtang sama chanyeol dong, ke pernikahannya hee ra.
    aku berharap jongin bisa cepat jatuh cinta sama hee ra begitu pun sebaliknya.

  13. Ahhhhhhhh penasaraan bangeeet kelanjutannyaa😍😍😍
    Daan serius aku agaak jijik ngeliat kai sama kyung soo njirr hahah jangaaan sampe kejadiaan amit amit dah😂😂😂😂😂

  14. Bener kan yg ketemu sama hee ra tuh ha neul. Kayanya jongin sebenernya bukan ga tertarik sama cwe tpi belum ketemu aja sama cwe yg bikin dia tertarik

  15. waktu chapter awal pengennya heera sama ceye aja tapi pas baca next next kayanya heera sama jongin cocok juga haha oke pen langsung baca end nya dan semoga happy ending haha

Tinggalkan Balasan ke chen haq Batalkan balasan